(27) Puasa dan Perang Melawan Setan di Dalam Diri

 

                                                   Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag.

Setiap bulan Ramadhan tiba, umat Islam meyakini bahwa setan dibelenggu. Namun, jika kita masih saja dipenuhi pikiran negatif—dendam, iri hati, cemas berlebihan, atau merasa hidup tak adil—maka siapakah yang sebenarnya sedang menggoda kita? Jika setan dikurung, tetapi kita masih terus berpikiran buruk, bukankah itu berarti kita sendiri yang telah menjadi setan bagi diri kita?

Setan Pikiran Negatif

Dalam Islam, setan adalah musuh nyata manusia. Ia membisikkan keraguan, menanamkan kebencian, dan mengobarkan emosi negatif. Namun, tahukah kita bahwa setan tidak hanya berbentuk makhluk gaib? Pikiran negatif yang terus kita pelihara pun bisa menjadi "setan" dalam diri kita. Bahkan, psikologi modern menguatkan konsep ini. Pikiran negatif yang dibiarkan tumbuh akan membentuk pola pikir destruktif yang mempengaruhi cara kita melihat dunia.

Misalnya, di bulan Ramadhan, seseorang yang berpuasa merasa lapar dan melihat temannya menikmati hidangan berbuka yang lebih mewah. Jika ia membiarkan pikirannya dipenuhi rasa iri, hatinya akan dipenuhi kegelisahan. Ia mulai berpikir, "Kenapa rezeki saya tak seperti dia? Kenapa hidup saya selalu sulit?" Pikiran ini berbahaya, karena akan menimbulkan ketidakpuasan, memperburuk rasa syukur, dan menjauhkan diri dari ketenangan. Padahal, Islam mengajarkan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan hawa nafsu, termasuk nafsu berpikir negatif.

Latihan Melawan Setan Pikiran

Dalam bulan penuh berkah ini, kita punya kesempatan emas untuk berlatih melawan setan dalam diri kita. Bagaimana caranya?

  1. Sadari Pikiran Negatif. Saat muncul rasa iri, marah, atau curiga, berhentilah sejenak dan tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini suara setan dalam pikiranku? Kesadaran ini adalah langkah pertama untuk mengendalikan diri.
  2. Ganti dengan Pikiran Positif. Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam. Jika terlintas pikiran buruk, alihkan dengan pikiran baik. Misalnya, jika melihat teman mendapatkan rezeki lebih, ucapkan dalam hati, "Alhamdulillah, semoga Allah memberkahinya dan memberiku rezeki yang lebih baik."
  3. Berlatih Husnudzan (Berprasangka Baik). Ketika seseorang tidak membalas pesan kita atau terlihat cuek, jangan langsung berpikir buruk. Mungkin ia sedang sibuk, mungkin sedang menghadapi masalah. Dengan melatih prasangka baik, kita akan lebih damai.
  4. Perbanyak Dzikir dan Istighfar. Pikiran negatif melemahkan hati, tetapi dzikir menguatkan jiwa. Setiap kali merasa terbebani oleh pikiran buruk, perbanyak istighfar: Astaghfirullahal ‘adzim. Ini bukan sekadar kalimat, tetapi juga terapi jiwa yang menenangkan.
  5. Berbuat Baik Tanpa Mengharap Balasan. Kadang, pikiran negatif muncul karena kita merasa tidak dihargai. Jika kita memberi tanpa mengharap imbalan, hati kita akan lebih ringan dan jauh dari pikiran buruk.

Ramadhan adalah madrasah jiwa. Jika kita masih membiarkan pikiran negatif merajalela, kita telah menjadi "setan" bagi diri sendiri. Mari gunakan bulan suci ini untuk melatih diri agar selalu berpikir positif, karena pikiran yang baik akan membawa kebahagiaan, ketenangan, dan keberkahan. Jangan biarkan setan dalam diri menang, karena sejatinya, musuh terbesar kita bukanlah yang di luar, melainkan yang ada dalam pikiran kita sendiri.

Post a Comment

Previous Post Next Post