Oleh : Lala
Nurlatifah,M.Pd (Guru di SMAN 1
Kalapanunggal-Sukabumi)
Konsep pendidikan karakter Gapura Panca Waluya diyakini menjadi jawaban atas pergeseran karakter yang sangat mengkhawatirkan bagi peserta didik selama kurun waktu 1 dekade ini, banyak pristiwa yang dilakukan peserta didik diluar nalar akal sehat dan meresahkan.
Gubernur Jawa
Barat,Kang Dedi Mulyadi, menerbitkan Surat Edaran (SE) bernomor
43/PK.03.04/KESRA tentang implementasi konsep pendidikan Gapura Panca Waluya.
Konsep ini bertujuan mencetak peserta didik yang cageur, bageur, bener, pinter,
singer ( sehat, baik, benar, pintar, dan sigap)
·
Cageur: Merujuk pada kondisi fisik dan mental yang sehat, serta
mampu berpikir dan bertindak dengan rasional dan proporsional berdasarkan nilai
moral.
·
Bageur: Menunjukkan sifat-sifat kemanusiaan dan menjunjung tinggi
akhlak mulia terhadap sesama.
·
Bener: Mencerminkan sifat jujur, amanah, tidak berbohong, tidak
berkhianat, dan menjaga integritas.
·
Pinter: Berarti cerdas dan pandai, serta memiliki pengetahuan yang
mampu mengantarkan pada keberkahan dunia dan bekal di akhirat.
·
Singer: Menunjukkan sikap mawas diri, bertoleransi, senang
berkorban, menerima kritik untuk refleksi diri, serta memiliki rasa kasih
sayang terhadap sesama.
Dari uraian
diatas lahirlah sebuah pertanyaan ;
1.
Apakah kita sebagai pendidik sekaligus orang tua merasa tertolong dengan adanya konsep
pendidikan Gapura Panca Waluya ini?
2.
Bagaimana cara kita untuk mengimplementasikannya?
Baik,mari kita
bahas satu persatu pada artikel ini , sebuah konsep yang didasari kebutuhan
masyarakat tentunya akan melahirkan sebuah jawaban atas keresahan kita selama
ini.
Guru harus memiliki cara inovatif dalam penerapan konsep tersebut yaitu melalui gaya, metode mengajar dan dilengkapi dengan media belajar yang bervariatif serta melakukan pendekatan persuasif kepada setiap individu peserta didik, sudah menjadi perbincangan hangat dikalangan guru-guru disekolah atau di forum komunitas pendidik se-Jawa Barat dan sering di ulas pada kesempatan pembekalan kompetensi guru baik dalam bentuk IHT atau Workshop . pada konsep panca waluya akan sanga tepat jika diaplikasikan dalam implemntasi semboyan Asah,Asih , Asuh dan wewangian, serta tentunya semua tuntunan berdasarkan Alquran dan Sunnah.
Saya meyakini jika semua bersatu padu
untuk menerapkan konsep melalui pendekatan tersebut satu persatu masalah
karakter dan prilaku menyimpang akan terurai.
Orang tua
(wali) harus memiliki peran penting dirumah yaitu sebagai benteng utama
dalam pengaplikasian konsep tersebut seperti
contohnya : orang tua selalu hadir dan dekat dengan anak ,melihat dari
dekat tingkah laku dan kebiasaan anak dirumah atau dilingkungan luar rumah
sehingga secara tidak langsung orang tua bisa melakukan peran pendampingan dan
pengayom anak-anaknya.
Disela-sela
kesibukan orang tua , sebaiknya dalam kurun waktu minimal 1 minggu sekali dapat
meluangkan waktu tertentu untuk bercengkrama, bertukar cerita, hal apa saja
yang kita (orang tua dan anak) alami dan temukan dalam kurun waktu 1 minggu
terakhir ,dari obrolan hangat tersebut akan lahir evaluasi diri (benar atau tidaknya tindakan yang kita
lakukan Selama 1 minggu terakhir) disela-sela obrolan hangat tersebut maka akan
lahir ide gagasan untuk merubah prilaku buruk tanpa merasa diperintah atau
dihakimi.
Demikian ulasan
yang saya buat, semoga ulasan ini menjadi salah satu bahan pemikiran yang
melahirlan ide cemerlang dalam upaya kita untuk mencetak generasi penerus
bangsa sesuai harapan.
Pepeling :
" Guru kudu bebeakan
kereatifna dina wanci mere pangajaran ka barudak, Kolot (Wali) kudu Cakét tur loba ngawangkong jeng budak
"
Post a Comment