Oleh : Teddy Hermansyah, S.Pd
(Wakamad Akademik MTsN 7 Majalengka dan Anggota
Bidang Penulisan Artikel Populer Agerlip PGM Indonesia)
Komunitas
budaya di Kampung Kaputren Desa Putridalem Kecamatan Jatitujuh Kabupaten
Majalengka mendirikan sekolah nonformal bagi para lansia bertepatan dengan Hari
Pendidikan Nasional. Amin Halimi yang merupakan tokoh masyarakat dan tokoh
pemuda setempat memprakarsai sebuah gagasan sebagai wahana belajar dan hiburan bagi
masyarakat lansia yang berusia 60 tahun ke atas yang diberi nama sekolah
kampung.
Tujuan
didirikannya sekolah kampung yaitu sebagai sarana yang memfasilitasi para
lansia untuk mengenang euphoria masa-masa sekolahnya dahulu. Materi yang
disampaikan juga tergolong kategori ringan dan santai mulai dari membaca,
menulis dan berhitung. Selain belajar materi, para lansia juga akan diajak
bersenda gurau sehingga terhibur dan bisa merasakan kebahagiaan bersama-sama. "Sekolah
kampung ini dibuat sebagai sarana silaturahmi masyarakat juga sarana edukasi
masyarakat sehingga masyarakat bisa terus belajar mengenai ilmu pengetahuan
alam dan juga ilmu pengetahuan umum sebagai peningkatan kualitas sumber daya
manusia," Imbuh Amin.
Sekolah
kampung menjadi salah satu wadah untuk memberikan pendidikan kepada para orang
tua yang tidak mengenyam pendidikan formal dimasa mudanya ataupun yang putus
sekolah di waktu kecilnya, sehingga ada beberapa lansia yang tidak bisa baca
tulis huruf latin. Mereka diinventarisir dan diajak untuk mengikuti pendidikan
non formal di Balai Budaya. Selain itu, sekolah kampung sebagai ajang
silaturahmi antara masyarakat sekitar, serta sarana edukasi masyarakat agar
mereka bisa belajar lagi tentang ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan
umumdalam upaya peningkatan sumber daya manusia.
Adapun
model dan strategi pembelajarannya akan dilakukan secara swadaya masyarakat dengan
saling berbagi ilmu. Selain itu juga akan ada masukan materi dari tenaga kerja
Indonesia yang pernah ke luar negeridengan harapan masyarakat mampu beradaptasi
dan berkomunikasi dengan baik jika suatu saat nanti banyak warga negara asing
yang berdatangan. Disamping itu dengan konsep alam terbuka diharapkan mampu meningkatkan
kecintaan terhadap alam sekitar, karena banyak manfaat yang dapat kita pelajari
dari alam ini.
Di
Sekolah kampung ini terbuka untuk semua masyarakat, baik yang berada di Kampung
Kaputren dan masyarakat yang berada di luar daerah dengan usia di atas 60 tahun.
Dari jumlah siswa 30 orang ada diantaranya yang berusia 80 tahun. Mereka diajak
untuk bermain dan yang terpenting mereka bisa tertawa dengan riang gembira. Kedepan
pembelajaran yang akan di berikan antara lain pembelajaran tentang alam,
mengenal lingkungan, belajar membaca menulis, selain itu juga akan diberikan
pembelajaran bahasa asing, seperi bahasa arab, mandari dan bahasa inggris para
mantan TKW yang ada di Kampung Kaputren.
Dalam
upaya meningkatkan wawawan keilmuannya, mereka akan diberikan pembelajaran oleh
para guru pengajar yang sengaja di datangkan dari kalangan profesional,
birokrat dan juga dari kalangan intelektual dengan konsep pembelajaran yang
menyenangkan dan gembira.
Dihari
pertama pembukaan sekolah, tidak banyak di berikan materi pembelajaran, namun
layaknya sekolah formal biasanya, di awal pendidikan para siswa siswi hanya
diberikan pengenalan lingkungan belajar, yaitu saling mengenalkan diri antara
siswa satu dengan yang lainya, serta diberikan pemahaman oleh pengurus dan guru
pengajar tentang pembelajaran yang akan mereka dapatkan nanti di saat mulai
belajar. Ketika belajar para siswa siswi diperbolehkan untuk minum dan makan,
namun tidak diperkenankan untuk merokok meskipun di tempat yang terbuka. Kostum
yang mereka gunakan beragam dan unik, ada yang mengenakan daster, kain sampingan,
gamis serta membawa tas jinjing (rinjing) yang biasa mereka gunakan untuk
belanja ke pasar atau ke kebun.
Post a Comment