7 Fakta Panitia Ujian Wajib Cetak dan Potong!

 

(oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag)

Naskah ke 87

Sudah tahu belum, kalau panitia ujian bukan cuma duduk di meja dan terima berkas? Ternyata, tugas mereka bisa bikin keringat dingin kalau nggak sigap sejak sekarang.


Menjelang pelaksanaan Asesmen Sumatif Akhir Tahun Berbasis Digital (ASATBD) 2025, pembagian jobdesk panitia MTsN 2 Garut sudah dirancang dengan presisi. Tapi hati-hati, kalau kamu bagian dari tim ini dan masih santai-santai, siap-siap diserbu tumpukan tugas dan deadline super ketat.


Masalah utamanya jelas: banyak file penting harus diprint, dipotong, distempel, dimasukkan amplop, dan DIKUMPULKAN maksimal Kamis, 22 Mei 2025. Nggak boleh telat. Apa dampaknya kalau molor? Kacau balau. Simulasi bisa tertunda, jadwal bisa ngaret, dan panitia bisa kelabakan. Biar nggak terjadi hal-hal semacam itu, simak ringkasan gila padat ini.


Pertama, soal cetak mencetak. Tim 1 yang bermarkas di ruang lab (Pak Andri dan Pak Anwar) harus gercep ngeprint kartu peserta. Nggak sekadar print, tapi digunting, dimasukkan per amplop tiap ruang, dan dicap!


Ingat, ini buat pegangan sekaligus tempelan saat simulasi dan ujian, Jumat, 23 Mei 2025. Guntingannya harus presisi, cap-nya nggak boleh meleset, dan amplopnya? Minta ke Bu Ina.


Tim 2 nongkrong di ruang guru. Tugasnya bikin daftar hadir peserta dari Ruang 1 sampai 22. Tata tertib peserta juga harus diprint 24 lembar, masing-masing untuk 22 ruang ujian, 1 ruang panitia, dan 1 ruang isolasi. Semua dokumen ini harus terkumpul ke Bu Novi, sang pengendali berkas.


Tim 3 di ruang TU juga nggak bisa leha-leha. Mereka ngeprint tata tertib pengawas 24 lembar, ditambah berita acara sebanyak 50 lembar. Berkasnya pun harus dikumpulkan ke Bu Novi, dan kertas serta amplopnya? Lagi-lagi minta ke Bu Ina.


Tim 4, markasnya di ruang waka dan lab, dipegang Pak Deden Tajul dan Pak Imam. Mereka mesti bikin denah tempat duduk peserta dan jadwal ASAT untuk 24 ruangan, plus ruang panitia dan ruang isolasi. Jangan sampai ada yang ketuker, karena ini penentu kelancaran hari H.


Belum selesai. Pak Atep punya misi khusus: bikin ID card pengawas (22 ruangan) dan panitia ASAT (20 orang). Contohnya ada di ruang waka, tinggal lihat dan replikasi. Tapi jangan salah desain, karena ini soal identitas resmi yang akan dikenakan selama pelaksanaan ujian.


Masalahnya, banyak panitia yang belum nyadar urgensinya. Mereka pikir ini pekerjaan H-1. Padahal, deadline pengumpulan semua berkas tinggal menghitung hari. Kelewat satu tugas, bisa domino efek ke panitia lain. Efek berantai ini harus diputus sekarang juga.


Jadi, solusinya apa? Bergerak cepat. Cek tim kamu. Pastikan tugasmu jelas. Ambil kertas dan amplop ke Bu Ina. Koordinasi dengan Bu Novi untuk pengumpulan. Jangan tunggu perintah ulang. Tugas sudah jelas, tinggal aksi nyata.


Langkah yang bisa kamu ambil sekarang juga: buka grup panitia ASAT, cari file yang harus diprint, bagi tugas, dan langsung eksekusi. Jangan lupa, semua hasil print dan potongan SIMPAN DI RUANG WAKA, jangan dibawa pulang!


Tahun ini, tantangan panitia ASAT bukan sekadar teknis. Ini soal manajemen waktu, koordinasi, dan kecepatan aksi. Tapi, kalau semua kompak dan tahu perannya, ini bisa jadi sukses story panitia terbaik tahun ajaran 2024/2025.


Sekarang, kamu masih mau nunggu atau mulai bergerak? Cetak. Potong. Cap. Kirim. Waktumu tinggal hitungan hari. Wajib tahu, karena satu kelalaian bisa bikin satu ruangan panik.


Ayo bertindak sekarang, bukan besok. Bagikan tulisan ini ke semua panitia, biar semua sadar: ujian bukan cuma untuk siswa, tapi juga ujian kesiapan kita semua.

Post a Comment

Previous Post Next Post