Kambing Bukan Biang Darah Tinggi! Ini Kata dr. Tirta

 

Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag

Wakil Kepala Bidang Kurikulum MTsN 2 Garut

Kabid Humas AGERLIP PGM Indonesia

(Naskah ke 105)

Sate kambing dan gulai kambing memang menggoda. Tapi siapa yang belum pernah dengar larangan klasik ini: "Jangan banyak makan kambing, nanti darah tinggi!" Kalimat ini sudah turun-temurun dipercaya, seolah-olah daging kambing adalah sumber utama hipertensi.

 

Namun baru-baru ini, dr. Tirta Mandira Hudhi, dokter sekaligus influencer kesehatan, mengungkap fakta mengejutkan: bukan kambing yang bikin darah tinggi! Melalui akun Instagram-nya, dr. Tirta menyatakan bahwa yang jadi masalah bukan dagingnya, tapi bumbu dan cara masaknya.

 

"Selama ini kambing terfitnah. Yang bikin darah tinggi setelah makan kambing adalah penggunaan garam berlebih, kecap manis, santan kental, serta minyak goreng yang dipakai berulang kali," ujar dr. Tirta.

 

Menurutnya, daging kambing justru kaya protein dan zat besi, serta memiliki kadar kolesterol yang lebih rendah dari daging sapi jika diolah dengan benar. Lemak trans dari minyak yang dipanaskan berulang kali dan asupan natrium tinggi dari garam dan kecaplah yang menjadi pemicu tekanan darah naik.

 

Mitos yang Mengakar

Anggapan bahwa makan kambing bikin darah tinggi sudah terlalu lama dipercaya masyarakat tanpa dasar ilmiah. Dalam budaya kita yang menyukai makanan gurih, asin, dan berminyak, kambing kerap dijadikan "kambing hitam".

 

“Orang-orang menyebarkan info dari mulut ke mulut tanpa cek fakta. Akhirnya kambing yang disalahkan, padahal penyebabnya adalah gaya hidup dan cara masak kita sendiri,” ungkap dr. Tirta.

 

Tips Sehat Menikmati Kambing

dr. Tirta tidak melarang makan daging kambing, asalkan cara penyajiannya diperhatikan. Berikut tipsnya:

  1. Pilih metode memasak yang sehat, seperti dipanggang atau direbus, tanpa banyak minyak atau santan.
  2. Kurangi garam dan kecap, dan gunakan bumbu alami seperti jahe, kunyit, dan bawang putih.
  3. Jangan gunakan minyak goreng bekas yang sudah dipakai berulang kali.
  4. Kontrol porsi, jangan berlebihan.
  5. Rutin cek tekanan darah, khususnya bagi yang punya riwayat hipertensi.

 

Respon Publik dan Komunitas Medis

Media segera memberitakan pernyataan ini. Banyak netizen merasa tercerahkan. “Jadi ternyata gulai saya yang bikin darah tinggi, bukan kambingnya,” tulis salah satu pengguna Instagram. Meme-meme bertema “rehabilitasi kambing” pun bermunculan.

 

Ahli gizi seperti dr. Diana Suganda pun mendukung pernyataan dr. Tirta. Ia menilai ini sebagai momen penting untuk edukasi publik soal gizi yang benar.

 

Kesimpulan

Makan kambing bukanlah pantangan, asalkan disajikan dan dikonsumsi secara sehat. Yang perlu dihindari adalah bumbu berlebihan dan minyak tidak sehat. Kini saatnya ubah cara pandang: bukan kambing yang salah, tapi cara kita mengolah dan menyantapnya.

 

Jadi, bagi para pecinta sate dan gulai kambing, kini Anda bisa menikmatinya tanpa rasa bersalah asal bijak dalam cara mengolah dan porsinya. Seperti kata dr. Tirta: “Kambing aku pula yang disalahkan. Kini saatnya kita sadar, masalahnya ada di bumbu dan pola makan kita.”

Post a Comment

Previous Post Next Post