Sekjen PGM Indonesia Maluku dan Kabid III Asosiasi Gerakan Literasi Pendidik (Agerlip) PGM Indonesia
Teknologi dan globalisasi telah mengubah hampir setiap aspek kehidupan manusia, termasuk cara manusia beragama dan memahami spiritualitas. Dalam era digital ini, akses terhadap informasi semakin mudah, dan batasan geografis tidak lagi menjadi hambatan dalam menyebarkan ajaran agama. Tapi, di tengah pesatnya perkembangan ini, muncul berbagai tantangan baru yang perlu dihadapi oleh umat beragama.
Salah satu dampak positif dari teknologi adalah kemudahan dalam mengakses literatur keagamaan. Kini, kitab suci, tafsir, dan kajian-kajian keagamaan dapat diunduh dan dipelajari secara daring. Hal ini memungkinkan umat beragama untuk semakin memperdalam pemahaman mereka tanpa terikat oleh batasan tempat dan waktu.
Selain itu, media sosial telah menjadi alat yang efektif dalam menyebarkan nilai-nilai agama. Banyak ulama dan cendekiawan yang aktif berdakwah melalui platform digital, menjangkau audiens yang lebih luas. Boleh dikatakan, dakwah yang sebelumnya terbatas di masjid atau majelis ilmu kini dapat diakses oleh jutaan orang di seluruh dunia.
Namun, kemudahan akses informasi ternyata membawa tantangan tersendiri. Tidak semua informasi keagamaan yang tersebar di internet dapat dipercaya. Banyak sekali berita palsu, tafsir yang keliru, hingga ajaran yang menyesatkan beredar tanpa filter. Untuk itulah, umat beragama dituntut untuk lebih kritis dalam menyaring informasi.
Globalisasi pun menyebabkan percampuran budaya dan kepercayaan yang semakin intens. Di satu sisi, hal ini dapat memperkaya pemahaman umat beragama terhadap perbedaan dan mendorong sikap toleransi. Di sisi lain, globalisasi pun dapat menyebabkan erosi terhadap nilai-nilai tradisional yang sudah lama dianut oleh suatu komunitas.
Salah satu bentuk tantangan lain ialah munculnya fenomena sekularisasi yang semakin meluas. Banyak masyarakat modern yang lebih mengedepankan rasionalitas, dan ilmu pengetahuan daripada kepercayaan terhadap agama. Hal ini tidak selalu negatif, tetapi dapat mengakibatkan pergeseran nilai dalam kehidupan sosial dan moral. Agitasi-agitasi semacam ini dapat melalui film, fashion dan food.
Dalam menghadapi problematika ini, lembaga-lembaga keagamaan perlu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pendidikan agama dikemas dengan cara yang lebih relevan bagi generasi digital terutama gen Z dan Alpha, agar mereka tetap merasa dekat dengan nilai-nilai spiritual, tanpa merasa teralienasi oleh perubahan zaman.
Penting juga bagi umat beragama untuk memanfaatkan teknologi sebagai sarana mempererat ukhuwah dan solidaritas sosial. Kampanye amal, donasi daring, dan gerakan sosial berbasis agama kini dapat dilakukan dengan lebih mudah berkat teknologi.
Namun, ada kekhawatiran bahwa ketergantungan terhadap teknologi justru dapat mengurangi nilai-nilai spiritual dalam beragama. Ibadah yang seharusnya penuh dengan kekhusyukan dapat terganggu oleh distraksi dari perangkat digital. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dalam menggunakan teknologi tanpa mengurangi esensi ibadah itu sendiri.
Agama juga memiliki peran penting dalam menjaga moralitas dan etika sosial di dunia yang semakin modern ini. Teknologi dan globalisasi tidak selalu membawa dampak positif, karena di dalamnya terdapat banyak potensi penyimpangan moral seperti pornografi, penipuan daring, dan budaya konsumtif yang berlebihan.
Agama tetap menjadi kompas moral yang membantu manusia untuk tetap berpegang pada nilai-nilai kebaikan. Maka, pendidikan agama harus tetap diajarkan dengan cara yang relevan dan tidak kaku agar tetap bisa menjawab tantangan zaman.
Salah satu hal yang perlu diwaspadai adalah terjadinya digitalisasi agama yang dapat menghilangkan aspek sosial dari praktik keagamaan. Kehadiran fisik dalam ibadah berjamaah di masjid atau gereja, misalnya, memiliki nilai sosial yang tidak dapat digantikan oleh ibadah daring.
Arusnya yang kuat ini, agama harus tetap menjadi identitas yang kokoh tanpa harus menutup diri dari perubahan zaman. Umat beragama perlu memiliki sikap terbuka tetapi tetap kritis terhadap nilai-nilai baru yang muncul akibat perkembangan teknologi dan globalisasi.
Penting bagi umat beragama tetap berpegang pada prinsip keseimbangan antara memanfaatkan teknologi, untuk kebaikan tanpa kehilangan nilai spiritualitasnya. Agama menjadi sumber ketenangan bagi manusia di tengah perubahan dunia yang cepat. Pada akhirnya, teknologi dan globalisasi hanyalah alat yang bisa digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Agama memiliki peran penting dalam membimbing manusia agar tetap berada di jalan, yang benar meskipun menghadapi berbagai tantangan baru di era digital ini.
Post a Comment