Sekjen PGM Indonesia Maluku dan Kabid III Asosiasi Gerakan Literasi Pendidik (Agerlip) PGM Indonesia
Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari ujian dan cobaan. Dalam menghadapi segala lika-liku kehidupan, dua kunci utama yang mesti dimiliki adalah ikhlas dan sabar. Ikhlas dan sabar bukan sekadar kata-kata, tapi kunci utama untuk meraih ketenangan dan kebahagiaan sejati.
Ikhlas berarti menyerahkan segala sesuatu kepada Allah tanpa mengharapkan balasan dari manusia. Ikhlas lahir dari keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah atas izinNya. Ketika seseorang mampu berbuat ikhlas, ia akan terhindar dari rasa kecewa dan sakit hati akibat harapan yang tidak terpenuhi.
Sebagaimana kesabaran. Kesabaran merupakan kemampuan untuk tetap tenang dan tegar dalam menghadapi kesulitan. Sabar bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan ketahanan dalam menjalani setiap ujian dengan keyakinan bahwa semua akan berlalu. Kesabaran membentuk ketangguhan mental dan keimanan seseorang.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (QS. Al-Baqarah: 153). Penegasan ayat ini bahwa orang yang bersabar tidak pernah sendirian. Allah selalu bersama mereka, memberikan kekuatan dan jalan keluar dari setiap kesulitan. Orang yang bersabar akan Allah tampakan rejeki yang tidak terduga.
Orang ikhlas dan sabar akan memiliki hati yang lapang. Mereka tidak mudah terpancing oleh provokasi, tidak mudah kecewa, dan selalu berpikir positif. Sikap ini menjadikan mereka lebih bahagia, meskipun berada dalam situasi sulit. Kedua sifat ini, membantu kita dalam menghadapi perlakuan buruk dari orang lain. Ketika difitnah, dihina, atau dikhianati, orang yang memiliki hati ikhlas tidak akan menyimpan dendam. Mereka memahami bahwa keburukan yang dilakukan orang lain tidak akan mengurangi pahala mereka di sisi Allah.
Dalam realita kehidupan sudah banyak contoh nyata dari orang-orang, yang meraih ketenangan melalui ikhlas dan sabar. Para nabi adalah teladan utama dalam hal ini. Misalnya, Nabi Ayyub as., diuji dengan penyakit sangat berat dan kehilangan seluruh hartanya, tapi beliau tetap sabar dan tidak pernah mengeluh kepada Allah.
Begitu pula dengan Nabi Muhammad saw., yang menghadapi banyak ujian, mulai dari dihina, dilempari batu, hingga ditolak oleh kaumnya sendiri. Namun, beliau tetap sabar dan terus berjuang dengan keikhlasan luar biasa. Keteladanan ini menunjukkan bahwa ikhlas dan sabar adalah jalan menuju ketenangan jiwa.
Pada era kekinian, ikhlas dan sabar sangat relevan. Banyak orang mengalami stres, kecemasan, dan tekanan hidup karena sulit menerima kenyataan. Jika seseorang belajar untuk lebih ikhlas dan sabar, maka ia akan lebih mudah beradaptasi dan tidak terbebani oleh masalah yang dihadapi. Berdasarkan hasil Asia Care Survey 2024 yang dilakukan oleh Manulife, masyarakat Indonesia tidak hanya memiliki kekhawatiran terhadap penyakit fisik saja, tetapi juga terhadap sejumlah masalah gangguan kesehatan mental yang paling dikhawatirkan. (https://dataindonesia.id/)
Salah satu cara untuk melatih ikhlas adalah dengan memperbanyak doa dan dzikir. Mengingat Allah akan membuat hati lebih tenang dan menerima segala ketetapanNya dengan lapang dada. Zikir turut membantu seseorang untuk tetap fokus pada tujuan hidup yang hakiki, yaitu mencari rida Allah. Sementara itu, melatih kesabaran bisa dilakukan dengan mengontrol emosi. Tidak semua hal perlu ditanggapi dengan reaksi spontan. Menenangkan diri sebelum merespons suatu masalah akan membantu seseorang berpikir lebih jernih dan mengambil keputusan yang lebih baik.
Dalam hubungan sosial kedua kunci ketenangan ini sangat berdampak pada kualitas persahabatan, keluarga dan lingkungan yang kita tempati. Keikhlasan akan melahirkan ketulusan dalam berbuat baik. Seseorang yang ikhlas dalam membantu orang lain tidak akan merasa terbebani atau menuntut balasan. Sebaliknya, ia akan merasa bahagia karena tahu bahwa kebaikannya bernilai ibadah di sisi Allah.
Karakter tersebut pula mengajarkan seseorang untuk tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Banyak masalah yang bisa dihindari bila seseorang mampu menahan diri dan berpikir matang sebelum bertindak. Kesabaran dalam menghadapi ujian sering kali membawa hasil yang lebih baik di kemudian hari.
Keduanya saling melengkapi dalam meraih ketenangan hidup. Seseorang yang memiliki kedua sikap ini akan lebih bahagia, lebih sehat secara mental, dan lebih dekat dengan Allah. Sebab, ketenangan sejati bukan berasal dari harta atau jabatan, melainkan dari hati yang menerima segala sesuatu dengan ikhlas dan sabar.
Post a Comment