(52) Webinar Nasional AGERLIP-3: Mengapa Pembelajaran Kita Masih Dangkal? Ini Solusi "Pembelajaran Mendalam" yang Bisa Mengubah Arah Pendidikan Nasional!

 

                                                Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag, S.Pd, M.Ag

Pendidikan di Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam hal efektivitas pembelajaran. Data Programme for International Student Assessment (PISA) 2023 menempatkan Indonesia di peringkat ke-68 dari 81 negara, dengan skor membaca, matematika, dan sains jauh di bawah rata-rata global. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pembelajaran kita belum menghasilkan pemahaman yang mendalam, kritis, dan aplikatif. Lalu, apa solusinya?

Dr. Dermawati, M.Si., dalam Webinar Nasional AGERLIP-3, memaparkan gagasan strategis tentang Model dan Sistem Evaluasi Pembelajaran Mendalam sebuah pendekatan yang tidak sekadar mengajar untuk tahu, tetapi mengajar untuk memahami, mengolah, dan merefleksi. Model ini disebut-sebut mampu menciptakan peserta didik yang bukan hanya cerdas akademik, tetapi juga sadar diri, kontekstual, dan mampu berkontribusi pada masyarakat.

Pembelajaran mendalam berangkat dari prinsip dasar: berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Artinya, proses belajar tidak lagi bersifat instruksional semata, melainkan menjadi pengalaman hidup yang menyeluruh. Peserta didik diajak berpikir, merasakan, bergerak, dan merefleksikan dalam setiap tahap belajar. Ini bukan hanya soal menuntaskan kurikulum, tetapi membangun karakter dan kompetensi secara holistik.

Taksonomi yang dikembangkan tidak berhenti pada mengingat dan mengerti, tapi dilanjutkan dengan menghubungkan, mengaplikasikan, hingga merefleksi. Dalam praktiknya, pembelajaran mendalam mengintegrasikan tiga jenis pengetahuan utama: foundational knowledge (dasar), applied knowledge (terapan), dan humanistic knowledge (nilai dan sikap). Ketiganya menyatu dalam pengalaman belajar yang kontekstual dan bermakna.

Yang menarik, sistem ini didukung oleh lingkungan pembelajaran yang dirancang fleksibel baik secara fisik maupun digital. Ruang kelas tidak lagi kaku, tetapi menjadi tempat eksplorasi, kolaborasi, dan pertukaran ide. Teknologi digital memainkan peran penting, memungkinkan interaktivitas dan akses luas bahkan di wilayah minim koneksi, melalui skema semi-online, WAN, atau digital library.

Perubahan juga terjadi pada ranah evaluasi. Asesmen dalam pembelajaran mendalam bersifat formatif, sumatif, dan reflektif. Peserta didik tidak hanya dinilai berdasarkan hasil akhir, tetapi juga proses, perkembangan, dan kesadarannya terhadap pembelajaran. Ini membuka ruang umpan balik berkelanjutan yang mendorong perbaikan dan pertumbuhan personal.

Guru bertransformasi menjadi fasilitator aktif—bukan sekadar penyampai materi. Mereka memandu proses belajar dengan pendekatan berbasis proyek, inkuiri, pemikiran desain, dan pendekatan multidisipliner seperti STEAM atau SETS. Di sisi lain, kepala sekolah dan pengawas menjadi manajer pembelajaran, bukan sekadar administrator. Kolaborasi dengan orang tua, masyarakat, dunia usaha, dan media juga diakui sebagai bagian dari ekosistem pembelajaran.

Model ini mengedepankan pembaruan kurikulum yang fleksibel, relevan, dan responsif terhadap perkembangan zaman serta minat dan potensi peserta didik. Dengan pendekatan terpadu dan pembelajaran kontekstual, pendidikan tak lagi terpisah dari realitas kehidupan, tetapi menjadi jembatan antara ilmu dan aksi nyata.

Apakah model ini cukup menjawab tantangan pendidikan kita saat ini? Tentu tidak bisa instan. Tetapi jika diterapkan secara konsisten dan kolaboratif, pembelajaran mendalam bisa menjadi jalan keluar dari krisis literasi, numerasi, dan karakter yang selama ini menghantui. Pendidikan tak boleh hanya mengejar angka, tetapi harus mampu melahirkan manusia yang utuh, sadar, dan berdaya.

Sudah saatnya pendidikan Indonesia tidak hanya mengajarkan apa, tetapi juga mengapa dan bagaimana. Pembelajaran mendalam bukan sekadar metode, tetapi filosofi baru dalam menanamkan ilmu, nilai, dan masa depan.

Apakah Anda siap mengubah cara belajar menjadi lebih bermakna?

Post a Comment

Previous Post Next Post