Oleh
Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Wakil
Kepala Bidang Kurikulum MTsN 2 Garut
Kabid
Humas AGERLIP PGM Indonesia
(Naskah
ke 131)
Pernahkah kamu merasa seperti terjebak dalam
penjara yang tak terlihat? Bangun pagi dengan kepala penuh keraguan, hati yang
cemas, dan pikiran yang terus berkata, “Aku nggak cukup kuat,” atau “Aku pasti
gagal Seolah - olah suara-suara kecil dalam pikiran seseorang secara aktif
menghentikan kemajuan apa pun. Padahal, realitanya, tak ada yang benar-benar
menahanmu selain pikiranmu sendiri.
Itulah jebakan pikiran: penjara tanpa jeruji,
tapi bisa membuatmu diam di tempat selama bertahun-tahun. Kita terlalu sering
mengandalkan “apa kata otak” tanpa menyadari bahwa pikiran negatif sering kali
hanya asumsi, bukan fakta. Kita takut gagal, padahal belum mencoba. Kita takut
kecewa, padahal belum melangkah. Kita pikir semua orang akan menghakimi,
padahal semua orang juga sibuk dengan ketakutannya sendiri.
Ketika kamu terus-menerus mempertanyakan diri
sendiri, tubuhmu pun ikut lelah. Stres muncul, overthinking jadi makanan
harian, dan kamu mulai kehilangan arah. Hidup terasa berat, bukan karena
keadaan di luar, tapi karena suara di dalam yang terlalu bising.
Mungkin sudah saatnya kita bertanya, “Kenapa aku
terus mengizinkan diriku dikendalikan oleh ketakutan?”
Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dalam keraguan yang sia-sia. Terlalu
berharga untuk dibatasi oleh pikiran yang belum tentu benar. Kita punya
kekuatan jauh lebih besar dari yang kita sangka. Tapi kekuatan itu baru muncul
saat kita memilih untuk melangkah, meski takut, meski belum yakin, meski belum
tahu akan seperti apa hasilnya.
Ini
saatnya keluar dari penjara pikiran.
Alih-alih terus berkata “bagaimana jika gagal?”,
ubahlah menjadi “bagaimana jika berhasil?”
Gantilah “aku takut” menjadi “aku penasaran.”
Mulailah dengan langkah kecil: satu keputusan untuk tidak percaya lagi pada
ketakutan yang tak berdasar.
Satu keputusan untuk mulai menyukai proses, bukan hanya hasil.
Kamu tidak harus langsung jadi sempurna. Versi
terbaik dari dirimu bukanlah yang bebas dari kesalahan, tapi yang terus
bertumbuh meski terluka, yang tetap bangkit meski pernah jatuh.
Yuk, upgrade diri dan temukan siapa kamu
sebenarnya. Lepas dari batas palsu yang selama ini kamu percayai. Beri ruang
untuk keberanian, keyakinan, dan rasa percaya diri bertumbuh.
Karena kadang yang kita butuhkan bukan jawaban dari luar, tapi keberanian untuk
berkata pada diri sendiri:
“Kini aku siap melangkah, bahkan jika
aku belum siap sepenuhnya.”
Selamat datang di fase baru: Beyond The Limit.
Bukan lagi soal seberapa jauh kamu bisa pergi,
tapi seberapa berani kamu percaya pada dirimu sendiri.
Post a Comment