Oleh
Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Wakil
Kepala Bidang Kurikulum MTsN 2 Garut
Kabid
Humas AGERLIP PGM Indonesia
(Naskah
ke 124)
Setelah pelaksanaan ASAT,
banyak anak di Panyosogan dan Kampung Mariuk, Kabupaten Garut, mengalami
penurunan semangat belajar. Tidak sedikit yang absen dari sekolah, bahkan masih
kesulitan dalam membaca, sholat, dan mengaji. Namun, di tengah situasi
tersebut, hadir sosok inspiratif bernama Rina seorang pengajar yang tidak hanya
menjalankan tugasnya, tetapi juga membawa harapan baru bagi anak-anak.
Dengan penuh dedikasi, Rina
mengambil langkah berani: mendatangi rumah murid satu per satu. Ia memulainya
dengan mengunjungi Ishak dan Ripaldi, dua anak yang memerlukan bimbingan lebih.
Sebelum memulai, Rina terlebih dahulu menemui orang tua mereka dan meminta
izin. Sikap sopan dan niat tulusnya mendapat sambutan hangat.
Tanggal 11 dan 13 Juni 2025
menjadi awal dari kegiatan bermakna ini. Di rumah Ishak, Rina disambut senyum
semangat. Ishak yang ceria ingin belajar membaca lebih baik. Rina menggunakan
buku bergambar dan metode menyenangkan agar proses belajar terasa ringan.
Keceriaan memenuhi ruangan saat Ishak berteriak, “Saya bisa! Terima kasih, Bu
Rina!”
Selanjutnya, Rina ke rumah
Ripaldi. Berbeda dengan Ishak, Ripaldi lebih pendiam namun memiliki tekad kuat
untuk bisa mengaji. Dengan penuh kesabaran, Rina mengajarkan tajwid dan cara
membaca Al-Qur’an. Ia menyesuaikan gaya mengajarnya dengan kebutuhan masing-masing
anak.
Bimbingan ini tak hanya
memperbaiki kemampuan akademik, tetapi juga membangun kepercayaan. Anak-anak
melihat Rina bukan hanya sebagai guru, tapi juga sahabat yang peduli. Suasana
belajar menjadi menyenangkan, dipenuhi tawa dan semangat.
Tak hanya itu, Rina juga
melibatkan orang tua. Ia mengajak mereka ikut aktif mendampingi anak-anak
belajar di rumah. Ia percaya bahwa keberhasilan pendidikan butuh sinergi antara
guru, anak, dan orang tua.
Aksi Rina pun menginspirasi
lingkungan sekitar. Orang tua mulai menyadari pentingnya pendidikan dan
memberikan dukungan lebih besar kepada anak-anak mereka. Apa yang dilakukan
Rina bukan sekadar mengajar, tapi juga menyebarkan semangat belajar yang menular.
Melihat perubahan positif
pada Ishak dan Ripaldi, Rina merasa haru. Dua hari bimbingan menghasilkan
perkembangan besar. Hal ini mendorongnya untuk melanjutkan kegiatan ini secara
rutin, menjangkau lebih banyak anak yang membutuhkan.
“Setiap anak berhak
mendapatkan pendidikan yang layak,” batin Rina dalam perjalanan pulang. Ia
yakin, walau langkahnya kecil, dampaknya bisa besar bagi masa depan mereka.
Dengan semangat yang tak
pernah padam, Rina terus berjalan, membawa cahaya di tengah tantangan
pendidikan pasca-ASAT. Komitmennya menjadi pengingat bahwa perubahan besar
selalu dimulai dari langkah kecil, dilakukan dengan hati.
Post a Comment