(42) PGM Indonesia: Bisa Kah Generasi Emas 2045 Lahir dari Madrasah Jika Patriarki Masih Mengakar? Peran Guru Perempuan Dipertaruhkan!

 

                                                    Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag.

Menuju tahun 2045, Indonesia bercita-cita menjadi negara maju melalui pembangunan sumber daya manusia unggul. Namun, mimpi besar ini berpotensi gagal jika dunia pendidikan masih terkungkung dalam budaya patriarki dan bias gender yang membatasi potensi peserta didik. Di sinilah pentingnya peran strategis guru perempuan, sebagaimana dipaparkan oleh Siti Mutiah, S.Pd.I, M.Pd dalam forum Srikandi PGM Indonesia bertajuk “Peran Strategis Guru Perempuan dalam Menyiapkan Generasi Emas 2045”.

Menurutnya, guru perempuan di madrasah tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga pembentuk karakter dan penggerak transformasi sosial. Sayangnya, mereka masih sering terjebak dalam sistem dan budaya pendidikan yang menormalisasi ketimpangan peran berdasarkan gender.

Pendidikan Berbasis Gender: Bukan Tren, Tapi Keperluan

Salah satu solusi yang diangkat adalah penerapan pendidikan berbasis gender. Ini bukan tentang menyamakan semua hal, melainkan menciptakan lingkungan belajar yang memahami perbedaan, sekaligus memberikan kesempatan setara bagi semua siswa untuk berkembang.

Pendidikan berbasis gender mencakup penggunaan bahasa inklusif, penghapusan stereotip dalam materi ajar, pelibatan siswa laki-laki dan perempuan secara setara dalam kegiatan belajar, hingga diskusi terbuka tentang isu gender di dalam kelas. “Guru perempuan bisa menjadi agen utama dalam menerapkan pendekatan ini karena mereka tahu rasanya menjadi bagian dari kelompok yang sering dipinggirkan,” ujar Siti.

Membongkar Patriarki Mulai dari Ruang Kelas

Paparan ini juga menyentil langsung akar masalah: sistem patriarki. Budaya yang menempatkan laki-laki sebagai pusat otoritas dan perempuan sebagai pelengkap telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam sistem pendidikan.

Dampak dari patriarki tidak hanya dirasakan oleh perempuan dalam bentuk subordinasi, stereotip, kekerasan, hingga minimnya akses dan representasi. Laki-laki pun tak luput dari dampaknya, seperti tekanan menjadi maskulin, beban sebagai pencari nafkah tunggal, dan stigma terhadap ekspresi emosional.

“Membongkar patriarki bukan perang gender, tapi perjuangan bersama untuk menciptakan masyarakat yang sehat, adil, dan inklusif,” tegasnya.

Guru Perempuan: Teladan, Pemberdaya, dan Pembangun Bangsa

Siti Mutiah menekankan bahwa guru perempuan harus diberdayakan sebagai model peran yang kuat. Mereka bisa menjadi teladan dalam mempromosikan kesetaraan, mendorong anak-anak perempuan percaya diri mengambil peran strategis, dan membuka kesadaran anak laki-laki untuk menghormati serta bekerja sama dengan setara.

Dengan mengembangkan keterampilan abad 21 seperti komunikasi, kolaborasi, literasi digital, dan empati, guru perempuan bisa membantu siswa melampaui batas-batas gender yang kaku.

Tak kalah penting, guru perempuan juga perlu terus dilatih agar memiliki perspektif gender yang kuat dan mampu menyisipkan nilai-nilai keadilan dalam kurikulum dan strategi pembelajaran mereka.

Visi 2045 Tak Akan Terwujud Tanpa Keadilan Gender

Generasi emas tidak akan lahir dari sistem yang tidak adil. Sebuah negara tidak bisa besar jika masih setengah dari rakyatnya dibatasi potensi dan perannya. Oleh karena itu, membongkar patriarki di dunia pendidikan bukanlah pilihan, tetapi keniscayaan.

Langkah-langkah strategis seperti revisi kurikulum, pelatihan guru, kolaborasi dengan masyarakat, hingga kampanye kesadaran publik harus terus didorong. Ini bukan sekadar program, tetapi investasi masa depan.

Mendidik Adil, Membangun Bangsa

Perubahan selalu dimulai dari ruang-ruang kecil: kelas, diskusi, dan percakapan sehari-hari. Di sanalah benih keadilan bisa ditanam. Guru perempuan adalah pilar penting dalam menyiapkan generasi yang kritis, adil, dan bebas dari belenggu bias lama.

Jika kita sungguh ingin melihat Indonesia gemilang di 2045, maka mari kita mulai dari memberdayakan guru perempuan hari ini.



Post a Comment

Previous Post Next Post