Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag.
Sejarah Kebudayaan Islam di Nusantara diwarnai oleh perjuangan para
ulama yang tidak hanya menyebarkan ajaran agama, tetapi juga membangun
pendidikan dan peradaban. Lima tokoh besar yang memiliki peran penting dalam
perkembangan Islam di Indonesia adalah Wali Sanga, Muhammad Arsyad Al-Banjari,
Abdur Rauf As-Singkili, Hasyim Asy'ari, dan Ahmad Dahlan. Selain berkontribusi
dalam pendidikan dan dakwah, mereka juga memiliki cara berpikir metakognitif
yang dapat dijadikan inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.
Persamaan Pemikiran
Kelima tokoh ini memiliki beberapa kesamaan dalam pendekatan mereka
terhadap Islam dan pendidikan:
- Pendidikan sebagai Landasan Dakwah
Semua tokoh ini menjadikan pendidikan sebagai media utama dalam menyebarkan
Islam. Wali Sanga menggunakan metode seni dan budaya, Muhammad Arsyad
Al-Banjari menulis kitab-kitab fikih, Abdur Rauf As-Singkili memperkenalkan
tasawuf, Hasyim Asy'ari mendirikan pesantren, dan Ahmad Dahlan membangun sistem
pendidikan modern.
- Integrasi antara Ilmu Agama dan Ilmu Duniawi
Para tokoh ini memahami bahwa ilmu agama dan ilmu duniawi harus berjalan
beriringan. Hasyim Asy'ari dan Ahmad Dahlan, misalnya, berupaya
mengharmonisasikan pendidikan pesantren dengan pendidikan modern.
- Kontekstualisasi Ajaran Islam
Mereka semua menyesuaikan metode dakwah dengan kondisi sosial masyarakat saat
itu. Wali Sanga menggunakan wayang dan seni sebagai media dakwah, sedangkan
Ahmad Dahlan menerapkan metode pendidikan ala Barat dalam sistem sekolah
Muhammadiyah.
Perbedaan Pemikiran
Meskipun memiliki kesamaan, kelima tokoh ini juga memiliki perbedaan
dalam pendekatan mereka:
- Wali Sanga
Menggunakan pendekatan budaya dalam menyebarkan Islam di Nusantara. Mereka memanfaatkan
kearifan lokal, seperti wayang dan gamelan, untuk memperkenalkan ajaran Islam
secara lembut.
- Muhammad Arsyad Al-Banjari
Berfokus pada pendidikan fikih dengan menulis kitab "Sabilal
Muhtadin" yang menjadi rujukan bagi umat Islam di Kalimantan.
- Abdur Rauf As-Singkili
Memadukan tasawuf dengan syariat Islam dan memperkenalkan konsep Wujudiyah
dalam sufisme yang disesuaikan dengan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah.
- Hasyim Asy'ari
Menekankan pentingnya pendidikan pesantren dan membentuk Nahdlatul Ulama (NU)
sebagai wadah perjuangan Islam yang berlandaskan pada tradisi Ahlussunnah wal
Jamaah.
- Ahmad Dahlan
Mendirikan Muhammadiyah yang mengedepankan pendidikan modern, pemurnian ajaran
Islam, dan integrasi ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai Islam.
Cara Berpikir Metakognitif dalam Pemikiran
Mereka
Metakognisi adalah kemampuan berpikir tentang cara berpikir sendiri.
Para tokoh ini menunjukkan pemikiran metakognitif dalam berbagai aspek:
- Evaluasi dan Refleksi
- Wali Sanga menyadari bahwa dakwah langsung
dengan bahasa Arab kurang efektif, sehingga mereka menggunakan pendekatan
budaya.
- Ahmad Dahlan mengevaluasi sistem pendidikan
Islam saat itu dan menyadari perlunya sistem pendidikan modern.
- Strategi Pemecahan Masalah
- Muhammad Arsyad Al-Banjari menyusun
kitab-kitab fikih agar umat Islam di Kalimantan memiliki pegangan hukum
Islam yang jelas.
- Hasyim Asy'ari merespons kolonialisme dengan
mendirikan pesantren sebagai basis perlawanan intelektual dan spiritual.
- Adaptasi dan Fleksibilitas
- Abdur Rauf As-Singkili menyesuaikan ajaran
tasawuf dengan syariat Islam agar lebih diterima masyarakat.
- Ahmad Dahlan mengadopsi metode pendidikan
modern tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Dari pemikiran para tokoh ini, kita dapat menerapkan beberapa konsep
dalam kehidupan sehari-hari:
- Berpikir Kritis dan Reflektif
- Selalu mengevaluasi cara belajar dan bekerja
untuk meningkatkan efektivitas.
- Mengadaptasi strategi baru dalam menghadapi
tantangan.
- Mengintegrasikan Nilai-nilai Agama dengan Ilmu
Pengetahuan
- Menggunakan ilmu modern untuk memperkuat
nilai-nilai Islam dalam kehidupan.
- Memanfaatkan teknologi untuk dakwah dan
pendidikan.
- Fleksibilitas dalam Beradaptasi dengan
Lingkungan
- Menyesuaikan metode komunikasi sesuai dengan
audiens, sebagaimana Wali Sanga menggunakan budaya lokal dalam dakwahnya.
Wali Sanga, Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdur Rauf As-Singkili, Hasyim
Asy'ari, dan Ahmad Dahlan adalah tokoh besar yang memiliki pemikiran cemerlang
dalam dakwah dan pendidikan Islam. Mereka memiliki persamaan dalam menjadikan
pendidikan sebagai alat dakwah dan perbedaan dalam metode yang digunakan. Cara
berpikir metakognitif yang mereka terapkan dapat menjadi inspirasi bagi kita
untuk selalu berpikir reflektif, strategis, dan adaptif dalam kehidupan
sehari-hari.
Daftar Pustaka
Azra, A. (2023). Jaringan
Ulama Nusantara dan Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media.
Hidayat, S. (2022). Pemikiran
Islam Nusantara: Dari Wali Sanga hingga Ulama Modern. Bandung: Mizan.
Yusuf, M. (2021). Metakognisi
dalam Pendidikan Islam: Studi Pemikiran Ulama Nusantara. Yogyakarta: UII
Press.
إرسال تعليق