Menerapkan Pendekatan Deep Learning di Madrasah Ibtidaiyah: Tantangan dan Peluang

 

Oleh: Susi Sri Mulyawati, S.Pd., M.Pd

Guru MI/MWB-PUI At-Tahdhiriyah Jalancagak

Guru dan Tuntutan Zaman: Kurikulum Merdeka sebagai Jawaban

Profesi guru selalu dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Sebagai ujung tombak pendidikan, guru memegang peran penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Di Madrasah Ibtidaiyah (MI), Kurikulum Merdeka menjadi kesempatan emas untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Salah satu pendekatan yang cocok diterapkan adalah deep learning—metode belajar yang mendorong siswa memahami konsep secara mendalam, mengaitkannya dengan kehidupan nyata, dan melatih berpikir kritis.

Tiga Pilar Deep Learning: Seru, Sadar, dan Bermakna

Deep learning bertumpu pada tiga prinsip utama:

1. Joyful Learning: Belajar Harus Menyenangkan!

Anak-anak MI masih dalam fase suka bermain, jadi pembelajaran harus aktif, kreatif, dan seru. Misalnya, matematika bisa diajarkan lewat permainan papan berhitung atau teka-teki angka. Ketika siswa senang, mereka lebih mudah terlibat secara emosional dan kognitif—fondasi penting untuk pemahaman mendalam. Tanpa kegembiraan, belajar hanya jadi rutinitas membosankan.

2. Mindful Learning: Belajar dengan Kesadaran Penuh

Selain seru, siswa juga perlu dilatih untuk sadar akan apa yang mereka pelajari. Contohnya, guru bisa mengajak siswa merenungkan:

  • “Mengapa kita perlu belajar siklus air?”
  • “Apa hikmah dari kisah Nabi Yusuf?”
    Dengan begitu, siswa tidak sekadar menghafal, tapi juga paham makna dan relevansinya dalam hidup. Teknik sederhana seperti tarik napas sebelum belajar atau mencatat hal baru juga membantu meningkatkan fokus.

3. Meaningful Learning: Belajar yang Bermakna untuk Hidup

Pembelajaran harus punya makna bagi siswa. Misalnya, pelajaran IPA bisa dikaitkan dengan fenomena alam di sekitar, atau nilai-nilai akhlak diintegrasikan dalam proyek sosial. Ketika siswa sadar ilmu yang dipelajari berguna bagi kehidupan, motivasi belajar mereka akan tumbuh. Inilah inti deep learning: menciptakan generasi yang tidak hanya pintar, tapi juga punya kecerdasan emosional dan keterampilan hidup.

Tantangan Menerapkan Deep Learning di MI

Meskipun menjanjikan, penerapan deep learning di MI tidak tanpa hambatan. Beberapa tantangan utamanya:

1. Kesiapan Guru

Tidak semua guru MI terbiasa dengan metode ini karena banyak yang masih mengandalkan ceramah dan hafalan. Diperlukan pelatihan intensif dan pendampingan agar guru bisa merancang pembelajaran yang menantang siswa berpikir kritis. Selain itu, beban administratif seringkali menyita waktu guru untuk menyiapkan materi kreatif.

2. Keterbatasan Sarana Prasarana

Deep learning butuh sumber belajar beragam, seperti buku, video, atau akses internet. Sayangnya, banyak MI—terutama di daerah—masih kekurangan fasilitas ini. Pemerintah dan pihak swasta perlu bekerja sama untuk memastikan pemerataan akses, termasuk memanfaatkan alat pembelajaran offline yang terjangkau.

3. Karakteristik Siswa MI yang Masih Konkret

Siswa MI berada dalam fase belajar melalui pengalaman nyata (menurut teori Piaget). Mereka butuh pembelajaran yang melibatkan benda fisik, percobaan, atau permainan. Misalnya, konsep pecahan bisa diajarkan dengan membagi kue, bukan sekadar rumus di papan tulis.

Peluang Integrasi dengan Nilai Keislaman

Kurikulum Merdeka memberi kebebasan guru berinovasi, termasuk mengaitkan deep learning dengan nilai-nilai Islam. Contohnya:

  • Mengintegrasikan sains dengan ayat Al-Qur’an.
  • Merefleksikan akhlak mulia melalui kisah para Nabi.

Dengan cara ini, siswa tidak hanya paham ilmu dunia, tetapi juga menguatkan iman dan akhlak.

Kolaborasi Kunci Sukses Deep Learning

Agar deep learning berhasil, diperlukan kerja sama antara:

  • Sekolah: Menyediakan pelatihan guru dan fasilitas.
  • Orang Tua: Terlibat dalam proyek belajar, misalnya jadi narasumber atau mendampingi kunjungan edukatif.
  • Masyarakat: Memanfaatkan perpustakaan desa atau melibatkan seniman lokal untuk memperkaya pembelajaran.

Optimisme Menuju Generasi Cerdas dan Berkarakter

Deep learning dalam Kurikulum Merdeka berpotensi mencetak generasi yang tidak hanya pandai, tapi juga kritis, kreatif, dan berakhlak. Namun, butuh komitmen bersama:
Pemerintah menyediakan pelatihan dan infrastruktur.
Guru terus berinovasi dalam metode mengajar.
Orang tua & masyarakat aktif mendukung proses belajar.

Dengan sinergi ini, Madrasah Ibtidaiyah bisa menjadi pelopor pembelajaran yang mendalam, menyenangkan, dan bermakna!

 


7 تعليقات

  1. Kurikulum Merdeka dengan pendekatan Deep Learning dengan penguatan karakter P7 nya sebagai upaya atau ikhtiar menyelaraskan konsep dalam menerapkan dunia pendidikan nasional saat ini, akan berhasil tentunya dengan dukungan dan kerja keras semua pihak yang terlibat dalam pendidikan... semoga menyingsong generasi emas akan menjadi sebuah keniscayaan, maju terus pendidikan Indonesia.

    ردحذف
  2. Setuju banget pak, Makasiii sudah merespons tulisan saya🙏

    ردحذف
  3. Tulisan yang sangat baik, untuk menambah pengetahuan kita apalagi bagi seorang pendidik yang Harus memahami konsep kurikulum yang sekarang, mudah-mudahan menjadi motivasi dalam menjalankan roda pendidikan.

    ردحذف
  4. TERIMAKASIH Miss ... semangat

    ردحذف

إرسال تعليق

أحدث أقدم