(64) DDWK BDK Bandung: Bagaimana Komitmen Belajar Bisa Mengubah Etos Kerja Guru? Ini Rahasianya yang Jarang Disadari!

 

                                                        Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag

Komitmen belajar adalah fondasi yang menentukan arah, semangat, dan keberhasilan dalam setiap proses pendidikan.

Namun, di balik konsep sederhana itu, tersembunyi realitas yang jauh lebih dalam: komitmen belajar bukan sekadar sikap, melainkan cerminan dari citra diri, integritas moral, dan etos kerja seseorang, khususnya bagi guru sebagai agen utama transformasi pendidikan.

Balai Diklat Keagamaan Bandung dalam pelatihan bertajuk Building Learning Commitment menyajikan pendekatan yang menyentuh akar persoalan komitmen belajar.

Materi pelatihan menekankan bahwa membangun komitmen bukan dimulai dari luar, tetapi dari dalam dari pengenalan diri, kesadaran akan potensi, hingga penemuan makna kerja sebagai bentuk aktualisasi dan ibadah.

Dalam dunia pendidikan yang semakin menuntut profesionalisme, banyak guru terjebak dalam rutinitas mengajar tanpa sempat merenung: “Apa yang membuat saya tetap bertahan di dunia ini?” atau “Apa tujuan saya sebagai pendidik?” Komitmen belajar menjadi jawabannya.

Ini bukan sekadar janji untuk hadir tepat waktu atau menyelesaikan tugas administrasi, tetapi kesediaan untuk terus tumbuh, belajar dari pengalaman, dan menyebarkan semangat belajar itu kepada peserta didik.

Pelatihan ini juga menyoroti pentingnya mengenal diri sendiri dan orang lain. Guru yang mengenali potensi dirinya baik dari aspek kejujuran, ketekunan, hingga kecerdasan emosional akan lebih mudah membangun interaksi yang sehat dan penuh empati di kelas.

Sebaliknya, guru yang terus menerus memandang orang lain secara negatif cenderung gagal membangun hubungan kerja yang harmonis, baik dengan siswa maupun rekan sejawat.

Citra diri juga menjadi penentu komitmen belajar. Banyak guru yang tidak menyadari bahwa persepsi mereka terhadap diri sendiri apakah merasa cukup, kurang, atau tidak layak berpengaruh besar terhadap kualitas mengajar dan motivasi pribadi.

Ketika guru memiliki citra diri yang positif, ia tidak mudah goyah oleh tekanan eksternal. Ia mengajar bukan karena terpaksa, tetapi karena merasa memiliki misi hidup.

Dalam konteks ASN dan pendidik, pelatihan ini menekankan lima komponen utama pembentuk karakter profesional: disiplin diri, citra diri, etos kerja, integritas moral, dan kemampuan bekerja sama.

Etos kerja menjadi salah satu penekanan penting, karena menyangkut bagaimana seseorang memaknai pekerjaannya: apakah sebagai beban atau sebagai ladang ibadah dan pelayanan.

Delapan etos kerja yang digagas Jansen Sinamo menjadi inspirasi kuat dalam pelatihan ini. Mulai dari kerja sebagai rahmat, amanah, hingga kehormatan dan pelayanan, semuanya mengarahkan guru pada kesadaran bahwa profesi mereka bukan sekadar rutinitas, tetapi ibadah yang membutuhkan ketulusan dan keunggulan.

Lebih lanjut, pelatihan ini juga menanamkan nilai kerja sama kelompok yang efektif. Interaksi antarindividu, partisipasi, kontribusi, dan dinamika kelompok menjadi bagian integral dalam membangun komitmen belajar yang kolektif. Norma kelompok juga diperkenalkan sebagai alat untuk menciptakan suasana belajar yang tertib, berorientasi tujuan, dan saling menghargai.

Menariknya, pelatihan ini tidak berhenti pada tataran teoritis. Para peserta diminta merumuskan sendiri komitmen belajar mereka dalam bentuk konkret dan personal. Ini menjadi ruang refleksi yang jarang ditemukan dalam pelatihan biasa.

Mereka diajak untuk menuliskan pekerjaan yang membanggakan, kesalahan yang pernah dilakukan, hingga hal-hal yang perlu dijunjung tinggi sebagai guru. Di sinilah transformasi bermula saat guru berani bercermin dan berjanji untuk menjadi lebih baik.

Dari sinilah muncul kesadaran baru: komitmen belajar bukan sekadar strategi mengajar, tetapi cara hidup. Ia tidak dibentuk dalam sehari, tapi ditumbuhkan lewat refleksi, interaksi, dan kesediaan untuk berubah.

Jika semua guru memiliki komitmen belajar yang kuat, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya dampak pada kualitas pendidikan kita.

Pertanyaannya, sudahkah kita sebagai guru benar-benar berkomitmen untuk terus belajar, atau hanya sibuk mengajar tanpa pernah menyentuh makna?

Post a Comment

أحدث أقدم