Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd
Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi
Pengawas MA Kab. Muaro Jambi
Ketua III Forkom Ormas Jambi
|
Penjelasan
Ilmiah Mengenai Presentasi "Bersama PGM, Guru Madrasah Berdaya,
Bermartabat, dan Berdampak" oleh Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd, adalah:
1.
Menjadi Guru Madrasah adalah Panggilan Hati, Bukan Sekadar Profesi
Pernyataan
ini mencerminkan paradigma bahwa profesi guru, khususnya di madrasah, tidak
hanya berorientasi pada tugas formal, tetapi juga pada misi moral dan
spiritual.
Relevan
dengan pendapat ahli berikut, yang esuai
dengan pendapat Freire (1998) dalam bukunya “Pedagogy of Freedom”,
guru adalah pelaku transformasi sosial yang memiliki panggilan etis untuk
mencerdaskan dan membebaskan manusia dari keterbelakangan dan ketertindasan.
Guru tidak hanya mengajar, tetapi membentuk manusia seutuhnya.
2.
Tantangan Guru Madrasah
Beberapa
tantangan utama meliputi keterbatasan sarana, tuntutan digitalisasi, perubahan
kurikulum, beban administrasi, serta status dan honor guru.
a.
Keterbatasan Sarana dan
Prasarana: Menurut UNESCO (2017), mutu
pendidikan sangat bergantung pada ketersediaan fasilitas pembelajaran.
Ketimpangan sarana menyebabkan kesenjangan kualitas antara madrasah negeri dan
swasta.
- Digitalisasi dan
Inovasi: Dalam era Revolusi Industri
4.0, guru dituntut melek digital. OECD (2018) menekankan bahwa
kecakapan digital merupakan kompetensi dasar bagi pendidik masa kini.
- Perubahan Kurikulum
dan Beban Administrasi: Kurikulum Merdeka
menuntut guru lebih kreatif, namun seringkali beban administratif
menghambat implementasinya secara optimal (Kemendikbudristek, 2022).
- Status dan Honor:
Masih banyak guru madrasah swasta dengan honor di bawah UMR. World Bank
(2020) menyebut bahwa insentif rendah dapat berdampak negatif terhadap
motivasi dan retensi guru.
3.
Peran Strategis PGM (Perkumpulan Guru Madrasah) Indonesia
PGM
Indonesia hadir sebagai organisasi profesi guru madrasah yang berperan dalam:
1.
Menjadi ruang kolaborasi
dan pengembangan kompetensi
- Advokasi dan
perlindungan profesi
- Penguatan martabat
dan integritas guru
- Mendorong budaya
inovatif dan berprestasi
Oleh
karena itu, maka sesuai dengan pendapat Hoy & Miskel (2013) dalam Educational
Administration: Theory, Research, and Practice, organisasi profesi guru
sangat penting dalam pengembangan kapasitas kolektif, advokasi kebijakan, dan
pembentukan kultur profesional yang sehat.
Dalam hal ini, Islam sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan saling
tolong-menolong dalam kebaikan:“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa.” (QS. Al-Maidah: 2). PGM Indonesia dapat menjadi wadah
ta’awun antar guru madrasah untuk saling menguatkan.
4.
Visi dan Misi PGM: Mewujudkan Guru Madrasah yang Berkualitas, Sejahtera, dan
Bermartabat, yaitu:
a.
Berkualitas:
Guru yang terus meningkatkan kompetensinya akan lebih adaptif terhadap dinamika
pendidikan global. Guskey (2002) menekankan pentingnya pengembangan
profesional berkelanjutan sebagai kunci peningkatan mutu pendidikan.
- Sejahtera:
Kesejahteraan guru berkorelasi positif dengan kinerja dan kepuasan kerja (Maslow,
1954; Herzberg, 1966).
- Bermartabat:
Martabat guru terkait erat dengan pengakuan sosial, otonomi profesi, dan
perlindungan hukum (Darling-Hammond, 2017).
5.
Seruan Aksi: Membangun Peradaban
Sebagai
keunote speakers , maka pembicara memberikan kata penutup dari presentasi dan menggarisbawahi bahwa peran guru tidak hanya
pada aspek instruksional, tetapi juga transformasional. Sebagaimana dikemukakan
oleh Thomas Lickona (1991) dalam Educating for Character, guru
memegang peran strategis dalam membangun karakter dan peradaban bangsa melalui
keteladanan dan nilai-nilai luhur.
Akhirnya
dapat diberikan kesimpulan, mengenai presentasi
ini yang menunjukkan bahwa PGM Indonesia bukan hanya organisasi profesi biasa,
melainkan wadah transformasi pendidikan madrasah. Melalui penguatan kapasitas,
advokasi, dan pengembangan budaya inovatif, guru madrasah diharapkan menjadi
agen perubahan yang tidak hanya mengajar, tetapi membentuk peradaban.
Melalui PGM, guru didorong untuk terus tumbuh, berdaya, dan bermartabat. Baik
dari perspektif keilmuan maupun Islam, guru adalah figur sentral dalam mencetak
generasi masa depan yang cerdas, beriman, dan berakhlak.
Referensi:
Darling-Hammond, L. (2017). Empowered
Educators: How High-Performing Systems Shape Teaching Quality Around the World.
Freire, P. (1998). Pedagogy of
Freedom: Ethics, Democracy, and Civic Courage. Rowman & Littlefield.
Guskey, T. R. (2002). Professional
development and teacher change. Teachers and Teaching: theory and practice.
Hoy, W. K., & Miskel, C. G.
(2013). Educational Administration: Theory, Research, and Practice.
Kemendikbudristek. (2022). Panduan
Implementasi Kurikulum Merdeka.
Lickona, T. (1991). Educating for
Character. Bantam Books.
OECD. (2018). Teaching for the
Future: Effective Classroom Practices to Transform Education.
UNESCO. (2017). Global Education
Monitoring Report.
World Bank. (2020). Teacher Policy
Reforms and Student Outcomes in Indonesia.
|
Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd.
adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di
madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan
bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis
organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi,
yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty
telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen
pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di
Indonesia. |
إرسال تعليق