Aksi 9 P3K MTsN 2 Garut: Kotor demi Pohon, Ada Misi Rahasia

 

(oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag)

Naskah ke 91

Siapa bilang ASN hanya sibuk urusan administrasi? Sembilan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) di MTsN 2 Garut membuktikan sebaliknya. Pada Senin, 19 Mei 2025, mereka turun langsung ke tanah, menanam pohon dengan tangan sendiri. Tak ada formalitas kaku, hanya kepedulian nyata terhadap bumi dan generasi mendatang.



Empat di antaranya adalah guru yang sudah tak asing di madrasah: Iqballudin Darussalam, M.Pd., Vina Husnul H, S.Pd., Fahmi Idris Nakhrowi, S.Pd., dan Heni Herlina, S.Pd. Sementara dari tenaga kependidikan, aksi hijau ini diikuti Agus Kartiwa, S.Pd.I, Ade Nafisah, Ina Apriani, dan Henny Handayani.



Kegiatan ini bukan sekadar tanam pohon iseng. Mereka menanggapi instruksi resmi dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat melalui Surat Nomor B-1075/Kw.10/I/KP.00.3/05/2025. Surat itu menegaskan bahwa penanaman bibit pohon menjadi bagian dari agenda Asta Protas Kementerian Agama, khususnya penguatan ekoteologi sebagai upaya membumikan nilai-nilai agama dalam menjaga lingkungan.



Pelantikan mereka sebagai P3K formasi tahun 2024 memang dijadwalkan Senin, 26 Mei 2025 di Gedung Dome Bale Rame, Soreang, Bandung. Namun, misi hijau ini dilakukan terlebih dahulu sebagai wujud konkret kontribusi bukan seremoni kosong.



Setiap peserta diminta menanam satu bibit pohon di lingkungan kerja atau satuan pendidikan, dan mendokumentasikannya melalui video maksimal 3 menit, lalu mengunggahnya ke media sosial dengan tagar #pelantikanp3kkemenag, #astaprotas, #ekoteologi, #kemenagberdampak, dan menyebut akun @kemenag_ri serta @sdmkemenag.



Apa dampaknya bagi madrasah dan lingkungan?

Jangan anggap remeh. Satu pohon memang tampak kecil, tapi sembilan pohon adalah awal dari perubahan. Selain mempercantik lingkungan madrasah, pohon-pohon ini adalah investasi jangka panjang untuk udara bersih, edukasi lingkungan, dan contoh nyata integrasi nilai agama dan aksi ekologis di lembaga pendidikan.

Bagi peserta P3K, ini bukan sekadar syarat pelantikan. Ini adalah panggilan moral dan spiritual. Mereka tidak hanya mengajar dengan lisan, tetapi juga melalui tindakan. Anak-anak madrasah menyaksikan bahwa gurunya tidak hanya pintar teori, tapi juga peduli bumi.



Solusinya? Integrasikan Ekoteologi dalam Kurikulum dan Budaya Madrasah

Aksi ini seharusnya bukan berhenti pada seremoni pelantikan. Kepala madrasah dan seluruh warga sekolah didorong untuk menjadikan ekoteologi sebagai bagian dari kurikulum dan budaya harian. Mulai dari gerakan Jumat Bersih, audit sampah, hingga membuat sudut hijau kelas bisa menjadi praktik nyata yang melibatkan siswa.



Langkah praktis untuk pembaca sekarang juga:

  1. Cek lingkungan sekolah atau tempat kerja Anda, adakah ruang untuk pohon baru?
  2. Mulailah dengan satu bibit. Libatkan siswa atau rekan kerja dalam proses penanamannya.
  3. Buat dokumentasi dan sebarkan sebagai bentuk inspirasi sekaligus bentuk partisipasi.
  4. Dorong sekolah atau madrasah mengadopsi program ekoteologi sebagai bagian dari pendidikan karakter.

Tutup Seremonial, Buka Aksi Nyata!

Indonesia tak kekurangan aturan. Yang langka adalah aksi nyata. Apa yang dilakukan oleh sembilan P3K MTsN 2 Garut adalah contoh kecil, tapi menggugah. Di tengah formalitas pelantikan, mereka memilih bergerak. Tak menunggu "nanti", mereka mulai dari "sekarang".



Jadi, sudahkah Anda menanam pohon hari ini? Jangan tunggu jadi P3K dulu baru peduli bumi. Mulailah dari akar, karena perubahan besar selalu tumbuh dari tindakan kecil.

Post a Comment

أحدث أقدم