Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd
Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi
Pengawas MA Kab. Muaro Jambi
Ketua III Forkom Ormas Jambi
Satu semester pada satu tahun pelajaran telah berlalu. Ini bukan sekadar penanda waktu, tetapi juga momentum penting bagi setiap lembaga pendidikan untuk berhenti sejenak, menengok ke belakang, dan bersiap menyongsong fase berikutnya, yaitu: penerimaan peserta didik baru.
Proses
ini bukanlah sebuah kejadian yang berlangsung otomatis. Ia tak datang begitu
saja membawa hasil gemilang tanpa upaya. Ia adalah bagian dari siklus manajemen
pendidikan yang dinamis — sebuah kerja berkelanjutan yang menuntut perencanaan,
strategi, dan eksekusi yang tepat. Maka dari itu, penting bagi setiap lembaga
untuk tidak hanya berfokus pada penyelenggaraan pembelajaran semata, tetapi
juga pada aspek manajerial dan pemasaran institusi.
1.
Membangun Citra Positif Lembaga
Langkah
pertama adalah memastikan lembaga memiliki brand image atau citra yang
kuat di masyarakat. Hal ini dapat dibangun melalui:
a.
Prestasi akademik dan
non-akademik siswa.
- Kegiatan sosial atau
keagamaan yang melibatkan masyarakat sekitar.
- Kehadiran aktif di
media sosial dan platform digital lainnya.
Citra
yang baik menjadi magnet utama dalam menarik perhatian calon peserta didik dan
orang tua mereka. Masyarakat cenderung mencari lembaga yang memiliki reputasi
positif, baik dari segi mutu pendidikan, kedisiplinan, maupun pendekatan
keagamaan dan karakter.
2.
Strategi Pemasaran yang Relevan dan Adaptif
Di
era digital ini, strategi pemasaran pendidikan tidak lagi dapat mengandalkan
metode konvensional semata. Dibutuhkan pendekatan yang adaptif dan kreatif,
seperti:
a.
Open
house dan trial
class.
- Penyebaran informasi
melalui media sosial, website, dan konten edukatif.
- Kolaborasi dengan
alumni untuk menyebarkan testimoni dan pengalaman positif.
- Pelayanan informasi
yang cepat dan ramah melalui layanan WhatsApp
atau hotline resmi.
Penting
juga untuk memiliki tim khusus yang menangani promosi dan informasi
penerimaan siswa baru agar strategi ini berjalan terarah dan konsisten.
3.
Pengelolaan Internal yang Kuat
Lembaga
yang tumbuh adalah lembaga yang dikelola dengan manajemen internal yang kuat.
Dalam konteks ini, penting untuk:
a.
Menjaga kualitas guru dan
tenaga kependidikan.
- Membangun sistem
administrasi yang profesional dan transparan.
- Memberikan pelayanan
prima kepada orang tua/wali murid.
- Terbuka terhadap
masukan dan melakukan evaluasi berkelanjutan.
Manajemen
yang baik tidak hanya berdampak pada kualitas pembelajaran, tetapi juga
menciptakan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat.
4.
Menjadi Bagian dari Komunitas
Lembaga
pendidikan bukan entitas yang berdiri sendiri. Ia hidup dalam komunitas. Maka,
keterlibatan aktif dalam kegiatan masyarakat, kemitraan dengan tokoh
masyarakat, serta kehadiran dalam forum-forum publik akan memperkuat eksistensi
lembaga.
Penutup
Menjaring
peserta didik baru bukan sekadar soal kuantitas, melainkan bagaimana lembaga
menunjukkan nilai dan keunggulan yang ditawarkannya. Ini adalah proses
berkelanjutan yang menuntut kolaborasi semua pihak — pimpinan, guru, tenaga
kependidikan, siswa, alumni, hingga masyarakat.
Dengan
strategi yang terencana dan pengelolaan yang baik, lembaga pendidikan tidak
hanya mampu bertahan, tetapi juga berkembang, dipercaya, dan menjadi pilihan
utama dalam menanamkan pendidikan bermutu bagi generasi masa depan.
|
Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd.
adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di
madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan
bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis
organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi,
yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty
telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen
pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di
Indonesia. |
إرسال تعليق