Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag, S.Pd, M.Ag
Dalam momentum peringatan Hari Pendidikan
Nasional dan menyongsong Hari Lahir PGM Indonesia 2025, Asosiasi Gerakan
Literasi Pendidik (Agerlip) PGM Indonesia kembali meneguhkan komitmennya dalam
mengapresiasi insan pendidik literat di seluruh penjuru negeri.
Melalui SK Nomor 012/SK/Agerlip PGM
Indonesia/V/2025, organisasi ini menetapkan para penerima Agerlip Award
dalam tiga kategori prestisius: Penulis Blog Terproduktif, Karya Tulis Blog
Terpopuler, dan Penulis Naskah Buku Antologi Terbaik.
Tahun ini, deretan guru, kepala madrasah, dosen,
hingga pengawas pendidikan berhasil mengukir prestasi yang tidak hanya
menunjukkan produktivitas, tetapi juga daya jangkau tulisan mereka di tengah
ekosistem pendidikan digital yang terus berkembang.
Nurul Jubaedah, guru dari MTsN 2 Garut,
dinobatkan sebagai Penulis Blog Terproduktif I, membuktikan bahwa madrasah
bukan hanya tempat mengajar, tetapi juga ladang subur bagi tumbuhnya semangat
literasi. Menyusul di posisi kedua dan ketiga adalah Muhamad Nasir Pariusamahu
dari MTs Negeri Ambon dan Dr. Aty Mulyani dari Kemenag Muaro Jambi.
Sementara itu, gelar Karya Tulis Blog Terpopuler
diraih oleh Ahmad Arief Ma’ruf dari MAN 4 Sleman, diikuti oleh Anis Fatiha dari
MA Madania Bantul dan Dr. H. Mulyawan Safwandy Nugraha dari UIN Sunan Gunung
Djati Bandung. Kategori ini mengapresiasi kekuatan tulisan yang mampu menembus
ribuan pembaca dan membangun pengaruh dalam ekosistem digital.
Untuk kategori penulisan buku antologi, kompetisi
dibagi menjadi empat subkategori: Kepala Madrasah, Pengawas/Pendamping, Guru,
dan Umum. Masing-masing kategori menampilkan wajah-wajah inspiratif dari
berbagai daerah.
Di antaranya Dr. Hadi Rafitra Hasibuan dari MIN 9
Asahan, Agus Rakhmat Mulyana dari Kemenag Ciamis, Dr. Herwan dari MAN 1
Sukabumi, hingga Momon Sudarma dari MAN 2 Kota Bandung. Mereka menunjukkan
bahwa menulis bukan sekadar pelengkap tugas pendidik, melainkan bagian dari
dedikasi dan kontribusi intelektual.
Pemberian penghargaan ini menjadi lebih dari
sekadar seremoni tahunan. Ia adalah sinyal penting bagi ekosistem pendidikan
untuk memaknai literasi sebagai gerakan strategis yang perlu terus didorong.
Di tengah arus digitalisasi, tulisan guru di
blog, artikel, dan buku tidak hanya menjadi portofolio personal, tetapi juga
sumber inspirasi kolektif yang bisa memperkaya wawasan peserta didik, sesama
guru, hingga pembuat kebijakan.
Namun di balik euforia prestasi, terselip catatan
kritis yang tak boleh diabaikan. Literasi guru seringkali tumbuh secara
mandiri, tanpa dukungan sistemik yang memadai. Penghargaan seperti Agerlip
Award perlu dibarengi dengan kebijakan konkret, seperti insentif
penulisan, pelatihan menulis reguler, serta integrasi karya tulis guru ke dalam
sistem penilaian kinerja dan kenaikan pangkat.
Tanpa itu, semangat menulis bisa padam di tengah
tumpukan administrasi dan beban kerja yang tidak seimbang.
Agerlip PGM Indonesia telah membuka ruang
apresiasi, kini saatnya seluruh pemangku kepentingan dari kementerian hingga
kepala madrasah ikut bertanggung jawab memupuk gerakan literasi ini.
Perlu langkah solutif seperti penyediaan platform
penerbitan digital berbasis madrasah, program kolaboratif antar-guru penulis,
hingga integrasi blog edukatif dalam proses pembelajaran. Ketika tulisan guru
dibaca, diapresiasi, dan dijadikan sumber belajar, saat itulah kita sedang
menciptakan peradaban belajar yang hidup.
Apakah Anda guru yang gemar menulis? Barangkali
tahun depan nama Anda akan tercetak dalam daftar penerima Agerlip Award.
Maka jangan tunggu panggung, ciptakan panggung itu lewat tulisan yang
menginspirasi, menggerakkan, dan mengubah.
إرسال تعليق