(53) Pengumuman AGERLIP AWARD: Siapa Saja Guru dan Madrasah Paling Literat yang Sabet Agerlip Award 2025? Ini Daftar Lengkapnya!

 

                                                  Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag, S.Pd, M.Ag

Dalam momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional dan menyongsong Hari Lahir PGM Indonesia 2025, Asosiasi Gerakan Literasi Pendidik (Agerlip) PGM Indonesia kembali meneguhkan komitmennya dalam mengapresiasi insan pendidik literat di seluruh penjuru negeri.

Melalui SK Nomor 012/SK/Agerlip PGM Indonesia/V/2025, organisasi ini menetapkan para penerima Agerlip Award dalam tiga kategori prestisius: Penulis Blog Terproduktif, Karya Tulis Blog Terpopuler, dan Penulis Naskah Buku Antologi Terbaik.

Tahun ini, deretan guru, kepala madrasah, dosen, hingga pengawas pendidikan berhasil mengukir prestasi yang tidak hanya menunjukkan produktivitas, tetapi juga daya jangkau tulisan mereka di tengah ekosistem pendidikan digital yang terus berkembang.

Nurul Jubaedah, guru dari MTsN 2 Garut, dinobatkan sebagai Penulis Blog Terproduktif I, membuktikan bahwa madrasah bukan hanya tempat mengajar, tetapi juga ladang subur bagi tumbuhnya semangat literasi. Menyusul di posisi kedua dan ketiga adalah Muhamad Nasir Pariusamahu dari MTs Negeri Ambon dan Dr. Aty Mulyani dari Kemenag Muaro Jambi.

Sementara itu, gelar Karya Tulis Blog Terpopuler diraih oleh Ahmad Arief Ma’ruf dari MAN 4 Sleman, diikuti oleh Anis Fatiha dari MA Madania Bantul dan Dr. H. Mulyawan Safwandy Nugraha dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kategori ini mengapresiasi kekuatan tulisan yang mampu menembus ribuan pembaca dan membangun pengaruh dalam ekosistem digital.

Untuk kategori penulisan buku antologi, kompetisi dibagi menjadi empat subkategori: Kepala Madrasah, Pengawas/Pendamping, Guru, dan Umum. Masing-masing kategori menampilkan wajah-wajah inspiratif dari berbagai daerah.

Di antaranya Dr. Hadi Rafitra Hasibuan dari MIN 9 Asahan, Agus Rakhmat Mulyana dari Kemenag Ciamis, Dr. Herwan dari MAN 1 Sukabumi, hingga Momon Sudarma dari MAN 2 Kota Bandung. Mereka menunjukkan bahwa menulis bukan sekadar pelengkap tugas pendidik, melainkan bagian dari dedikasi dan kontribusi intelektual.

Pemberian penghargaan ini menjadi lebih dari sekadar seremoni tahunan. Ia adalah sinyal penting bagi ekosistem pendidikan untuk memaknai literasi sebagai gerakan strategis yang perlu terus didorong.

Di tengah arus digitalisasi, tulisan guru di blog, artikel, dan buku tidak hanya menjadi portofolio personal, tetapi juga sumber inspirasi kolektif yang bisa memperkaya wawasan peserta didik, sesama guru, hingga pembuat kebijakan.

Namun di balik euforia prestasi, terselip catatan kritis yang tak boleh diabaikan. Literasi guru seringkali tumbuh secara mandiri, tanpa dukungan sistemik yang memadai. Penghargaan seperti Agerlip Award perlu dibarengi dengan kebijakan konkret, seperti insentif penulisan, pelatihan menulis reguler, serta integrasi karya tulis guru ke dalam sistem penilaian kinerja dan kenaikan pangkat.

Tanpa itu, semangat menulis bisa padam di tengah tumpukan administrasi dan beban kerja yang tidak seimbang.

Agerlip PGM Indonesia telah membuka ruang apresiasi, kini saatnya seluruh pemangku kepentingan dari kementerian hingga kepala madrasah ikut bertanggung jawab memupuk gerakan literasi ini.

Perlu langkah solutif seperti penyediaan platform penerbitan digital berbasis madrasah, program kolaboratif antar-guru penulis, hingga integrasi blog edukatif dalam proses pembelajaran. Ketika tulisan guru dibaca, diapresiasi, dan dijadikan sumber belajar, saat itulah kita sedang menciptakan peradaban belajar yang hidup.

Apakah Anda guru yang gemar menulis? Barangkali tahun depan nama Anda akan tercetak dalam daftar penerima Agerlip Award. Maka jangan tunggu panggung, ciptakan panggung itu lewat tulisan yang menginspirasi, menggerakkan, dan mengubah.

Post a Comment

أحدث أقدم