Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag, S.Pd, M.Ag
Pendidikan Indonesia terus bergerak dinamis
menjawab tantangan zaman. Dalam webinar nasional yang digelar oleh Agerlip
(Asosiasi Guru Edukasi Literasi dan Inovasi Pembelajaran), terungkap bahwa
pembelajaran mendalam atau deep learning bukan sekadar tren, melainkan
kebutuhan strategis untuk menyiapkan generasi masa depan yang kompeten,
kreatif, dan berdaya saing global.
Kebijakan Merdeka Belajar yang diluncurkan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sejak 2020 mendorong transformasi
ekosistem pendidikan, mulai dari penguatan karakter, pembelajaran berbasis
proyek, hingga evaluasi autentik. Namun, pertanyaan penting muncul: bagaimana
mengubah praktik pengajaran agar benar-benar berdampak pada kemampuan berpikir
kritis siswa? Di sinilah konsep deep learning menjadi kunci.
Deep learning dalam konteks pendidikan bukan sekadar
penggunaan teknologi canggih atau perangkat lunak pintar, melainkan pendekatan
pembelajaran yang mendorong pemahaman konseptual mendalam, transfer pengetahuan
lintas konteks, dan kolaborasi bermakna. Pembelajaran tidak lagi berfokus pada
hafalan, tetapi pada kemampuan mengaitkan pengetahuan dengan situasi nyata,
mengembangkan solusi, dan membentuk pola pikir reflektif.
Paparan yang disampaikan dalam webinar menunjukkan
bahwa pembelajaran mendalam menuntut adanya perubahan signifikan pada peran
guru. Guru bukan lagi pusat informasi, melainkan fasilitator yang menciptakan
situasi belajar aktif. Ini menuntut kapasitas guru untuk merancang aktivitas
autentik, melakukan asesmen formatif yang adaptif, dan terus merefleksikan praktik
pengajarannya.
Selain itu, tantangan lain muncul pada tataran
kebijakan dan dukungan sistem. Infrastruktur pembelajaran digital, pelatihan
guru berbasis praktik baik, serta kolaborasi antar pemangku kepentingan menjadi
prasyarat mutlak. Tanpa itu, gagasan pembelajaran mendalam hanya akan menjadi
jargon tanpa realisasi di ruang kelas.
Webinar juga menyoroti pentingnya integrasi deep
learning dalam Kurikulum Merdeka melalui proyek-proyek Profil Pelajar
Pancasila (P5). Proyek ini dianggap sebagai wahana yang tepat untuk
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, empati sosial, dan kepedulian
lingkungan. Namun, pelaksanaannya masih menghadapi hambatan berupa minimnya
pemahaman konseptual guru, keterbatasan waktu, dan kurangnya dukungan kebijakan
di tingkat sekolah.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah membentuk
komunitas praktisi pembelajaran mendalam di tingkat satuan pendidikan.
Komunitas ini dapat menjadi ruang berbagi praktik, refleksi bersama, dan
pengembangan profesional guru secara berkelanjutan. Lebih dari sekadar
pelatihan teknis, penguatan komunitas ini menjadi cara konkret menjawab
tantangan implementasi pembelajaran yang bermakna.
Tujuan akhir dari pembelajaran mendalam bukanlah
sekadar menghasilkan nilai akademik tinggi, tetapi menumbuhkan pembelajar
sejati yang mampu belajar sepanjang hayat. Manfaatnya pun meluas, tidak hanya
pada peserta didik, tetapi juga mendorong perubahan budaya sekolah yang lebih
kolaboratif, inklusif, dan inovatif.
Pendidikan abad ke-21 membutuhkan lebih dari sekadar
kurikulum baru ia menuntut perubahan cara berpikir dan bertindak. Webinar
Agerlip mengingatkan bahwa deep learning adalah proses yang tidak
instan, tetapi investasi jangka panjang yang menjanjikan. Bila dijalankan
dengan komitmen kolektif dan dukungan sistemik, pembelajaran mendalam bisa
menjadi titik balik bagi kualitas pendidikan Indonesia.
Alih-alih mengejar capaian kognitif semata, kini
saatnya pendidikan Indonesia menaruh perhatian pada proses pembelajaran yang
membentuk karakter, kreativitas, dan kecakapan berpikir kritis. Sebab, hanya
dengan cara itu kita bisa membekali generasi masa depan untuk menghadapi
ketidakpastian dunia yang terus berubah.
إرسال تعليق