Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Gen Z disebut-sebut bakal jadi generasi terkaya
di dunia pada tahun 2035. Prediksi ini bukan asal-asalan, melainkan hasil riset
dari Bank of America.
Menurut analisis tersebut, Gen Z akan mewarisi
kekayaan besar dari generasi sebelumnya, memiliki literasi digital yang tinggi,
serta didukung oleh akses pendidikan yang semakin luas dan inklusif. Tapi,
apakah optimisme ini juga berlaku untuk Gen Z di Indonesia?
Mari kita bongkar faktanya satu per satu. Di
Amerika, pendorong utama kekayaan Gen Z adalah "Great Wealth
Transfer", yaitu perpindahan harta warisan dari
generasi Baby Boomers yang diprediksi mencapai triliunan dolar.
Gen Z juga tumbuh dalam ekosistem digital yang
matang, akrab dengan AI, e-commerce, hingga investasi digital sejak usia muda.
Kenaikan upah minimum di berbagai sektor juga menjadi daya dorong signifikan
bagi stabilitas finansial mereka.
Sementara di Indonesia, potensi Gen Z memang
besar, tetapi tantangannya pun tak kalah berat. Banyak anak muda masih berjuang
mencari pekerjaan tetap, membangun karier di tengah ketidakpastian, atau bahkan
hanya sekadar bertahan hidup.
Ketimpangan akses terhadap pendidikan
berkualitas, terbatasnya lapangan kerja formal, serta masih rendahnya literasi
keuangan menjadi penghambat utama.
Namun, harapan tetap ada. Bonus demografi yang
akan mencapai puncaknya dalam dekade ini memberi peluang besar bagi Gen Z
Indonesia untuk unjuk gigi. Jika dikelola dengan baik, mereka bisa menjadi
motor penggerak pertumbuhan ekonomi, bukan sekadar penonton dalam perubahan
zaman.
Solusinya harus multidimensi dan terintegrasi.
Pertama, pendidikan harus adaptif dengan kebutuhan masa depan.
Kurikulum tak lagi boleh hanya fokus pada teori, tapi harus mengembangkan
literasi digital, keterampilan berpikir kritis, dan manajemen finansial sejak
dini. Pelajaran tentang investasi, perencanaan keuangan, dan kewirausahaan
perlu masuk ke ruang kelas, bukan hanya seminar akhir pekan.
Kedua, akses terhadap pelatihan
keterampilan (life skills) dan program vokasi harus diperluas dan
disubsidi secara serius oleh negara. Gen Z Indonesia perlu dilengkapi dengan
keahlian yang sesuai dengan kebutuhan industri masa depan, seperti pengembangan
perangkat lunak, analisis data, manajemen digital marketing, hingga AI dan
blockchain.
Ketiga, peran sektor swasta juga tak bisa
dikesampingkan. Dunia usaha harus aktif membuka ruang magang,
mentoring, hingga inkubasi bisnis untuk anak muda. Bahkan, peluang usaha
berbasis digital yang kini marak di media sosial bisa menjadi jembatan ekonomi
jika dibarengi dengan edukasi yang tepat.
Keempat, pemerintah perlu menciptakan
regulasi yang mendukung pertumbuhan ekonomi anak muda, termasuk
mempermudah akses modal usaha dan melindungi hak pekerja muda di era gig
economy.
Sebagai generasi yang tumbuh bersama internet,
Gen Z memiliki keunggulan tersendiri dalam beradaptasi dan menciptakan peluang.
Namun, tanpa dukungan sistemik dan keberpihakan kebijakan, potensi ini bisa
berbalik menjadi bumerang. Kita tidak ingin generasi ini hanya menjadi
pengonsumsi teknologi, tetapi juga pencipta dan pemiliknya.
Jadi, pertanyaannya bukan hanya “bisa nggak Gen Z
Indonesia jadi generasi terkaya?” tetapi lebih tepatnya: "Apa yang
bisa kita lakukan agar prediksi itu juga jadi nyata di sini?"
Masa depan tidak dibentuk oleh prediksi, tapi
oleh persiapan. Dan Gen Z Indonesia, jika diberi peluang dan alat yang tepat,
bisa lebih dari sekadar generasi terkaya mereka bisa menjadi generasi yang
paling berdampak.
Demikian informasi terkini dilansir dari https://www.instagram.com/satupersenofficial/
Apakah Anda bagian dari Gen Z yang siap mengubah
takdir ekonomi Indonesia? Saatnya berhenti menunggu dan mulai membangun.
إرسال تعليق