Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan
rencana. Kadang yang datang adalah tawa, kadang pula tangis. Namun, apapun yang
terjadi, semuanya adalah bagian dari takdir Ilahi.
Sayangnya, banyak dari kita yang keliru dalam
menyikapi takdir. Tak sedikit yang justru menyalahkan keadaan, bahkan
mempertanyakan keadilan Tuhan. Lalu, bagaimana seharusnya kita menyikapi takdir
dengan bijak? Dan mengapa kita harus berhati-hati dalam memahaminya?
Takdir, dalam ajaran Islam, adalah ketentuan
Allah SWT yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia baik yang tampak maupun
tersembunyi, yang baik maupun yang buruk. Menerima takdir bukan berarti
menyerah dan pasrah tanpa usaha. Justru, Islam mengajarkan bahwa ikhtiar dan
doa adalah bagian tak terpisahkan dari iman kepada takdir.
Pertama, penting bagi kita untuk memahami bahwa
menerima takdir adalah bentuk kepasrahan yang aktif, bukan pasif. Kita
diajarkan untuk berusaha dalam segala hal yang bisa kita ubah, sembari
menyerahkan hasilnya kepada Allah. Inilah esensi dari tawakal—sebuah sikap
spiritual yang memadukan usaha maksimal dengan ketenangan hati terhadap hasil
apapun yang diberikan-Nya.
Tawakal bukan berarti bermalas-malasan. Tawakal
adalah ketika seseorang mengerahkan seluruh kemampuannya, kemudian menenangkan
jiwanya dengan keyakinan bahwa Allah Maha Mengetahui yang terbaik. Ketika usaha
telah dilakukan dengan sungguh-sungguh namun hasil tak sesuai harapan, maka
yang perlu ditumbuhkan adalah sikap ridha.
Ridha adalah puncak keimanan dalam menerima
takdir. Bukan sekadar menerima dengan terpaksa, tapi menerima dengan ikhlas dan
tanpa keluhan. Ridha membuat hati tidak mudah goyah meski badai ujian datang
bertubi-tubi. Seseorang yang ridha akan tetap mampu bersyukur, bahkan dalam
kesulitan sekalipun.
Namun, ridha bukan berarti menutup diri dari
emosi manusiawi. Wajar merasa sedih, kecewa, atau marah. Tetapi, jangan biarkan
emosi itu membuat kita berprasangka buruk kepada Allah. Inilah pentingnya
husnudzon prasangka baik terhadap takdir Ilahi. Kita harus percaya bahwa setiap
peristiwa, seburuk apapun kelihatannya, pasti menyimpan hikmah yang belum kita
pahami saat ini.
Dalam menghadapi takdir, doa menjadi senjata
utama. Doa bukan hanya untuk meminta perubahan nasib, tapi juga untuk
menguatkan hati dan mempertebal iman. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa doa
dapat mengubah takdir, selama itu adalah takdir yang masih tergantung
(mu’allaq), bukan yang sudah pasti (mubram).
Selain itu, berpikir positif juga memiliki peran
besar dalam menyikapi takdir. Pikiran positif mampu meredam stres, menguatkan
mental, dan menjaga keseimbangan batin. Orang yang berpikir positif tidak mudah
putus asa karena meyakini bahwa setiap ujian adalah bentuk cinta dari Allah.
Sayangnya, di era media sosial yang serba instan,
banyak orang mulai kehilangan ketenangan dalam menghadapi realita hidup. Tak
sedikit yang membandingkan nasibnya dengan orang lain, merasa tak adil, dan
akhirnya kehilangan arah. Padahal, menyikapi takdir dengan benar bisa menjadi
kunci ketenangan jiwa.
Maka dari itu, penting bagi institusi pendidikan,
guru, dan orang tua untuk menanamkan pemahaman yang utuh tentang takdir kepada
generasi muda. Pendidikan karakter berbasis spiritualitas Islam harus
diperkuat, bukan hanya lewat teori, tapi juga lewat praktik sehari-hari.
Anak-anak harus diajarkan bahwa gagal bukan akhir
segalanya, dan bahwa Allah selalu punya rencana yang lebih indah di balik
setiap ujian.
Dengan menyikapi takdir secara cerdas dan ikhlas,
generasi masa depan akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, tidak mudah
terombang-ambing oleh keadaan, serta selalu optimis menatap masa depan. Mereka
akan menjadi individu yang tidak hanya sukses secara duniawi, tapi juga kuat
secara spiritual.
Karena pada akhirnya, takdir adalah misteri yang
hanya Allah tahu ujungnya. Tugas kita adalah menjalani peran dengan sepenuh
hati, sembari memperbaiki diri dan memperkuat hubungan dengan-Nya. Hati-hati
dengan takdir bukan berarti takut padanya, tetapi bijak menyikapi setiap
ketentuan dengan iman, ikhtiar, dan tawakal.
Demikian informasi terkini dilansir dari https://www.instagram.com/errihexa_/
Ingatlah, takdir bukan akhir cerita. Ia hanyalah
bagian dari skenario besar yang ditulis oleh Sang Maha Sutradara untuk membawa
kita lebih dekat kepada-Nya.
إرسال تعليق