Oleh :
Ariesta Indriawati
( Penulis adalah Guru IPA MTs Negeri 5 Cilacap dan
Pengurus Agerlip PGM Indonesia )
Membaca
judul tulisan ini mengingatkan kita pada seorang penyair dunia yang sangat
terkenal yaitu Kahlil Gibran. Dalam
bukunya yang berjudul “ The Prophet “ dituliskan
puisi tentang hubungan anak dengan orang tua.
Anak adalah titipan Tuhan yang diamanahkan pada orang tua untuk
menjaganya, mendidiknya, mengasihi dan menyayanginya dengan sepenuh hati. Orang
tua bertanggung jawab penuh terhadap amanah yang dititipkan Allah kepadanya. Memberi perlindungan terhadap jiwa dan raga adalah kewajiban setiap orang tua terhadap
anaknya. Ada beberapa hal menarik dari pemikiran Kahlil Gibran tentang anak dan
orang tua. Berikut petikan puisinya :
ANAKMU BUKANLAH MILIKMU
Kahlil Gibran
Anak adalah kehidupan
Mereka lahir melaluimu tetapi bukan
berasal darimu
Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu
Curahkan kasih sayang tetapi bukan
memaksakan pikiranmu
Karena mereka dikaruniai pikirannya
sendiri
Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak
jiwanya
Karena jiwanya milik masa mendatang
Yang tak bisa kau datangi
bahkan dalam mimpi sekalipun
Bisa saja mereka mirip dirimu
tetapi jangan pernah menuntut mereka jadi
sepertimu
Sebab kehidupan itu menuju ke depan
dan tidak tenggelam di masa lampau
Dalam
puisi tersebut dapat digambarkan bahwa pada dasarnya orang tua berkewajiban
mencurahkan kasih sayang pada anaknya tetapi tidak memaksakan kehendak dan
pikirannya karena setiap anak memiliki pemikirannya sendiri. Orang tua sudah
pernah menjadi seperti mereka tetapi mereka belum pernah menjadi seperti orang
tua sehingga seyogyanya orang tua belajar untuk mengerti anak – anak mereka
tetapi bukan berarti memaksakan apa yang mereka pikirkan pada anaknya. Orang
tua berhak memberi masukan berupa nilai – nilai kebenaran sebagai bekal anak
untuk lebih memahami kehidupannya kelak.
Kemampuan
seseorang memaknai sebuah kebenaran tentunya berbeda – beda, begitu pula antara
orang tua dengan anak juga berbeda meskipun ia lahir melalui kita tetapi bukan
berarti pikiran mereka sama seperti pikiran kita. Kadangkala orang tua sangat
sulit memahami pikiran dan kehendak anak
- anak mereka karena mereka adalah individu yang memiliki dunianya masing –
masing. Dunia mereka berbeda dengan dunia kita karena mereka hidup untuk masa depan bukan
tenggelam dalam masa lampau.
Setiap
anak yang lahir memiliki kemiripan sifat dengan orang tuanya , ada yang mirip
dengan ibunya, ada yang mirip dengan ayahnya dan ada pula yang mirip dengan
sebagian ibunya dan sebagian ayahnya. Secara genetika kemiripan ini dapat
dijelaskan berdasarkan hukum Mendel bahwa setiap individu akan membawa sifat
kepada keturunannya namun sifat yang muncul merupakan sifat dominan yang
dimiliki oleh keturunannya. Jadi sifat yang dibawa oleh seorang anak merupakan
perpaduan dari sifat kedua orang tuanya dan yang muncul merupakan sifat dominan
yang diturunkan kepadanya. Karena sifat yang dibawa merupakan perpaduan
orangtuanya seringkali orang tua sulit menebak apa yang dipikirkan anaknya
apalagi jika anak memiliki sifat yang berbeda dengan kita tetapi lebih mirip
dengan pasangan kita.
Kerja sama yang baik antara kedua orang tua dibutuhkan
untuk lebih memahami mereka anank –anaknya. Apa yang kita pikirkan belum tentu
sama dengan apa yang mereka pikirkan sehingga perlu memahami perbedaan yang ada
sebagai rahmat karena perbedaan itu mestinya dapat menjadi warna dalam keluarga
. Dibutuhkan sikap saling memahami dan toleransi agar perbedaan yang ada bukan
menjadi hal yang akhirnya menjauhkan kita dari anak-anak kita. Orang tua harus bisa
menjadi contoh bagaimana membuat yang berbeda itu menjadi indah dan rahmat bagi
keluarga dengan tetap menanamkan dan membiasakan nilai kebenaran sebagai
pijakan.
Dalam
agama nilai kebenaran ada yang bersifat mutlak dan ada yang bersifat relative.
Kebenaran mutlak adalah kebenaran yang berasal dari Allah SWT dan itu sifat
pasti. Semua kebenaran yang bersifat mutlak tidak boleh ditolak oleh siapapun penganutnya. Tetapi
kebenaran yang berasal dari manusia sifatnya relative karena manusia memiliki
persepsi yang berbeda antara satu dengan yang lain . Sebagai orang tua
menanamkan kebenaran yang berasal dari Allah SWT adalah wajib dan perlu
menekankan pada anak bahwa kebenaran itu multak sifatnya. Misalnya menjalankan
sholat itu wajib dan itu jelas sifatnya mutlak . artinya kita menanamkan dalam
kondisi apapun sholat itu wajib.
Kebenanran yang dipersepsikan oleh manusia
bisa berbeda. Misalnya perbedaan manusia dalam memahami banyaknya rakaat dalam
sholat tarawih itu berbeda – beda. Perbedaan yang semacam ini dan perbedaan
yang lain yang berhubungan dengan pendapat manusia mestinya tidak menjadikan
perbedaan itu menjadi sesuatau yang memecah belah mereka. Begitupun hubungan
antara orang tua dengan anak jangan menjadi jauh hanya karena anak memiliki
penilaian ataupun pemikiran yang berbeda dengan orang tuanya, kecuali tentang
kebenaran yang sifatnya mutlak tadi .
Anakmu bukanlah milikmu , anak adalah
titipan dari Sang Pencipta untukmu untuk kau didik, kau asuh dan kau lindungi.
Kau fasilitasi dan kau dukung cita –
citanya untuk kehidupannya di masa depan. Walau dia mirip denganmu tapi jangan
pernah menuntut mereka sepertimu karena dia milik masa depan bukan masa lalu.
Jiwanya adalah milik masa mendatang yang tidak bisa kita datangi bahkan dalam
mimpi sekalipun. Biarkan ia menjadi dirinyasendiri dan bukan bayang – bayang
siapapun. Majulah terus anakku jangan pernah berhenti berjuang untuk masa
depanmu.
Orang tua dapat memberikan anak –
anaknya rumah untuk melindungi raga mereka tetapi bukan sangkar untuk jiwa
mereka. Anak – anak memiliki masa depan yang diimpikannya sendiri dan sangat
mungkin impian masa depan anak berbeda dengan impian orang tua akan masa depan anaknya. Orang tua tidak berhak
memaksakan dan mengatur masa depan anak
– anaknya seperti apa yang diinginkannya. Orang tua berhak memberi masukan dan
mengarahkan ke jalur yang benar untuk kebaikan anak tetapi tidak memaksakan apa
yang diinginkannya pada anak . Jika hal
itu dilakukan justru akan menjadi jurang
yang memisahkan anak dan orang tua . Jika kita jauh dari anak karena pemaksaan
tersebut maka sebagai orang tua kita akan semakin sulit mengontrol dan
mengawasi anak – anak kita. Menjadi orang tua bijak tidaklah mudah tetapi itu
harus karena anak akan meneladani apa yang dicontohkan orang tuanya. Mari kita
bersama – sama untuk terus belajar menjadi orangtua bijak…..
إرسال تعليق