Oleh
Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Wakil
Kepala Bidang Kurikulum MTsN 2 Garut
Kabid
Humas AGERLIP PGM Indonesia
(Naskah ke 106)
Mengapa anak-anak dalam
satu keluarga bisa punya sifat yang sangat berbeda, padahal dibesarkan di
lingkungan yang sama? Pertanyaan ini sering muncul di benak para orang tua,
pendidik, bahkan psikolog. Ternyata, selain faktor genetik, urutan kelahiran
dan pola interaksi dalam keluarga juga punya peran besar dalam membentuk
kepribadian anak.
Sebuah konten viral dari
komunitas parenting di media sosial mengungkap pola menarik tentang sifat-sifat
anak dari yang pertama hingga keempat. Meskipun tidak absolut, pola ini
memberikan wawasan berharga tentang bagaimana karakter anak terbentuk:
- Anak pertama: Mewarisi sifat baik dari ayah
dan sifat buruk dari ibu. Biasanya tampil sebagai pemimpin kecil dalam
keluarga—bertanggung jawab, tegas, tapi bisa rentan terhadap tekanan
emosional jika tidak mendapat bimbingan dalam mengelola stres.
- Anak kedua: Cenderung memiliki sifat baik dari
ibu seperti empati dan kepedulian, tapi juga bisa membawa sifat buruk dari
ayah seperti keras kepala. Mereka sering jadi penengah, namun bisa
menyimpan luka batin karena sering memendam emosi.
- Anak ketiga: Sensitif, penuh kasih, dan sangat
perhatian, tapi tertutup. Anak ini sering kali tumbuh dengan perasaan
"terhimpit" di antara perhatian terhadap kakak dan adik. Mereka
butuh ruang untuk mengekspresikan emosi tanpa rasa takut.
- Anak keempat: Pendiam, terlihat dingin atau
sombong, namun sebenarnya sangat peduli. Banyak dari mereka memakai
"topeng" untuk melindungi diri dari ekspektasi orang sekitar.
Sifat perhatian mereka lebih sering terlihat dalam tindakan nyata daripada
kata-kata.
Mengapa ini bisa terjadi?
Karakter anak bukan hanya
hasil dari pewarisan genetik, tapi juga dipengaruhi oleh:
- Pola asuh yang berbeda untuk setiap anak
- Pengalaman pribadi dan dinamika antar saudara
- Persepsi orang tua terhadap anak sesuai urutan
kelahirannya
- Interaksi sosial sejak dini yang membentuk
reaksi emosional dan pola pikir anak
Ahli psikologi seperti
Alfred Adler menekankan pentingnya urutan kelahiran dalam memengaruhi
kepribadian. Hal ini pun terbukti relevan dengan pola-pola yang banyak
ditemukan dalam keluarga.
Apa yang bisa dilakukan
orang tua?
Dengan memahami pola-pola
ini, orang tua bisa:
- Menyesuaikan pendekatan pengasuhan agar sesuai
dengan kebutuhan tiap anak.
- Menghindari perlakuan seragam yang bisa
menimbulkan rasa ketidakadilan.
- Menguatkan sifat positif dan membantu anak
mengatasi sisi negatifnya.
- Membangun komunikasi yang sehat antar saudara
untuk mencegah konflik jangka panjang.
Ingat, setiap anak adalah
individu unik dengan potensi dan tantangan masing-masing. Pemahaman mendalam
terhadap karakter mereka adalah langkah awal menuju keluarga yang lebih
harmonis dan sehat secara emosional.
Seperti kata pepatah,
"darah dicincang takkan putus." Tapi untuk bisa tumbuh bersama,
setiap anggota keluarga butuh dipahami, bukan disamaratakan.
إرسال تعليق