Oleh: Adib Nur Aziz, Guru MTsN 7 Sleman
Perilaku hemat energi bisa dimulai dari
yang sederhana, yang ada di ruang-ruang kelas. Hal ini bisa diamati dari
suasana ruang kelas sesaat setelah kegiatan belajar mengajar (KBM) berakhir dan
para murid telah meninggalkan ruang kelas mereka. Kita bisa mengamati bagaimana
keadaan ruang kelas setelah para murid keluar ruangan.
Ada beberapa pertanyaan sebagai bahan
evaluasi untuk mengecek para murid sesaat setelah KBM berakhir. Apakah lampu
ruangan sudah dimatikan. Apakah kabel LCD sudah dilepas dari sumber listriknya.
Apakah kipas angin sudah tidak berputar lagi. Apakah sudah tidak ada perangkat
elektronik lainnya yang terhubung dengan sumber listrik.
Bila kita masih menjumpai sebuah ruang
kelas yang belum tuntas maka hal tersebut perlu mendapat perhatian yang serius
dari para guru. Kondisi yang belum tuntas itu antara lain lampu ruang kelas
masih hidup, kabel LCD masih terhubung dengan sumber litsrik dan kipas angin
masih berputar dengan kencang. Hal ini menandakan para murid belum memahami
perilaku hemat energi.
Perlu diketahui bahwa biaya listrik yang
ditimbulkan oleh berbagai peralatan listrik yang tetap hidup meskipun sudah
tidak digunakan seperti lampu, kipas angin dan LCD tidaklah sedikit. Dampaknya
adalah tingginya biaya rekening listrik yang harus dibayarkan oleh bendahara
madrasah. Oleh karena itu, para murid harus tahu tentang dampak dari borosnya
biaya akibat peralatan listrik yang tetap hidup saat tidak digunakan.
Para wali kelas harus tidak bosan
menyampaikan kepada para murid tentang pentingnya menghemat energi listrik di
kelas. Para murid yang bertugas piket harus selalu dilatih dan dibiasakan untuk
mematikan lampu, kipas angin dan LCD setelah kegiatan pembelajaran berakhir.
Hal ni perlu dilaksanakan secara istiqamah hingga perilaku menghemat energi di
kelas menjadi karakter yang dimiliki oleh semua murid. Man jadda wajada!
إرسال تعليق