(40) PGM Indonesia: Benarkah Perempuan Tak Cocok Jadi Pemimpin? Bukti Sains, Budaya, dan Islam Justru Membantahnya!

 

                                                    Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag.

Stereotip bahwa perempuan tak cocok menjadi pemimpin masih kerap terdengar di tengah masyarakat. Namun dalam forum “Bincang Pendidikan Srikandi PGM Indonesia”, Dr. Aty Mulyani, Ketua Umum PGM Indonesia Wilayah Provinsi Jambi, mematahkan stigma itu dengan pendekatan ilmiah, sosial-budaya, dan nilai-nilai Islam yang komprehensif.

Melalui paparannya berjudul "Perempuan & Kepemimpinan dalam Perspektif Sosial Budaya, Biologis, dan Islam untuk Indonesia Emas", Dr. Aty mengurai realitas yang sering kali dipelintir oleh tradisi dan tafsir sempit terhadap teks agama.

Budaya Mencetak Persepsi, Tapi Bukan Takdir

Secara sosial budaya, peran perempuan selama ini dikonstruksi oleh norma, adat, dan budaya yang patriarkis. Tradisionalnya, laki-laki memimpin dan perempuan mengikuti. Namun dunia kini telah bergerak: perempuan berada di garda depan sektor politik, pendidikan, bisnis, bahkan militer. Perubahan ini bukan sekadar simbol, tetapi bukti bahwa kemampuan perempuan bukan mitos, melainkan realitas.

Menurut Dr. Aty, konstruksi sosial harus dilihat sebagai hal yang bisa diubah. Bukan hal sakral yang membatasi kiprah perempuan. “Perempuan masa kini harus punya kesadaran atas potensi dirinya, baik sebagai pendidik, pengambil kebijakan, maupun sebagai pemimpin masyarakat,” tegasnya.

Bukti Biologis Justru Menguatkan

Lalu, bagaimana dengan perspektif biologis? Justru dari sisi ini, perempuan terbukti memiliki keunggulan untuk menjadi pemimpin modern. Berdasarkan penelitian Ragini Verma (2013), otak perempuan memiliki lebih banyak jaringan antarhemisfer, yang memperkuat kemampuan multitasking, komunikasi, dan empati.

Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence (1995) menegaskan bahwa kepemimpinan efektif hari ini ditentukan oleh kecerdasan emosional—kemampuan memahami, mengelola emosi, serta menjalin hubungan. Perempuan unggul dalam aspek ini.

Hormon oksitosin yang dominan dalam tubuh perempuan juga memengaruhi perilaku kepemimpinan yang kolaboratif, peduli, dan menciptakan iklim kerja harmonis. Ditambah lagi, menurut Harvard Business Review (2020), daya tahan perempuan terhadap stres dan krisis lebih tinggi dibanding laki-laki. Maka, siapa bilang perempuan tak bisa memimpin?

Islam: Kesetaraan dalam Nilai dan Peran

Dalam perspektif Islam, perempuan dipandang mulia dan setara di sisi Allah. QS. Al-Hujurat ayat 13 menegaskan bahwa kemuliaan seseorang bukan dilihat dari jenis kelaminnya, tapi ketakwaannya. Al-Qur’an bahkan mencatat sosok pemimpin perempuan: Ratu Balqis dalam Surah An-Naml, yang disebut sebagai ratu bijak dan strategis.

Dr. Aty mengajak semua pihak untuk tidak menggunakan teks agama secara parsial sebagai alat pembatas. “Islam justru membuka ruang partisipasi aktif bagi perempuan di masyarakat. Kuncinya ada pada maslahat, amanah, dan keadilan,” ujarnya.

Menuju Indonesia Emas: Saatnya Maksimalkan Sumber Daya Perempuan

Indonesia tengah menyiapkan generasi emas 2045. Namun visi besar ini takkan tercapai jika separuh potensi bangsa dibiarkan terkungkung oleh stigma dan diskriminasi. Membangun Sumber Daya Perempuan (SDP) yang kaffah adalah keniscayaan. Karena dari merekalah akan lahir SDM unggul masa depan.

Perempuan bukan hanya ibu rumah tangga. Mereka adalah pendidik, penggerak, pelindung, bahkan agen perubahan. Dalam dunia madrasah, mereka berperan ganda: mendidik dengan hati dan memimpin dengan visi. Jika kita masih meminggirkan perempuan dari kepemimpinan, kita bukan hanya mengkhianati potensi bangsa, tapi juga membatasi kualitas masa depan.

Kepemimpinan perempuan bukan soal boleh atau tidak, tapi soal bagaimana masyarakat menyediakan ruang yang adil. Ilmu pengetahuan, budaya modern, dan Islam memberi dukungan kuat terhadap peran strategis perempuan. Maka pertanyaannya kini bukan lagi bolehkah perempuan memimpin, tetapi siapkah kita menerima kepemimpinan perempuan yang visioner dan solutif?

Post a Comment

أحدث أقدم