Hijrah Nabi: Strategi Cerdas Menuju Perubahan Gemilang

 

Oleh: Dr. Musriaparto, M.M (Ketua Umum PGM Indonesia PD Kota Subulussalam - Aceh) 


Peristiwa hijrah Nabi bukan hanya cerita pindah tempat karena khawatir angkara dari para musuh Islam tetapi berisi berbagai bongkah hikmah dan irisan-irisan menakjubkan bagi mereka yang siap merenung dan berpikir. Manusia sebagai makhluk politik tidak bisa lepas dari siasat dan strategi demi tercapainya tujuan dan mimpi yang diidamkan.


Nabi sebagai utusan bagi alam semesta dan sosok yang diamanahi jalankan kekhalifahan tentu sangat ahli politik, siasat dan strategi yang tanpa itu risalah dan ajaran tidak akan tegak dan dakwah pasti gagal. Peristiwa hijrah sarat muatan politik, siasat dan strategi hingga berjalan mulus serta mengundang campur tangan Tuhan dan terbukti menghancurkan makar musuh dan lawan.


Abu Jahal dan kroni telah sepakat menyusun strategi jitu untuk hempang dakwah Nabi dengan mengutus pembunuh terbaik dari setiap klan di Mekah, namun beliau selamat dan lolos dari makar itu karena miliki strategi lebih jitu dan bernas hingga pantas mendapat bantuan Allah. Prestasi ini merupakan irisan menarik untuk dipahami dan diterapkan demi suksesnya perjuangan, cita-cita dan mimpi setiap orang dalam menapaki kehidupan, baik sebagai individu, keluarga, umat, maupun warga negara.


Bocornya rencana jahat Abu Jahal dan kroni akan membunuh Nabi di malam jumat sebelum hijrah menunjukkan betapa peran "spionase" dan mata-mata sangat menentukan dalam derap langkah seorang pejuang. Pejuang handal tidak cukup bersujud di sajadah, menengadahkan tangan ke langit dan memutar tasbih tak kunjung henti, tapi dari harus lakukan upaya maksimal amankan jalan juang dengan cara maksimal, di antaranya gunakan intelijen tangguh dan terpercaya untuk kumpulkan informasi terkait rencana jahat lawan dan musuh.


Ternyata strategi perang modern yang dilengkapi dengan kemampuan intelijen tingkat tinggi yang miliki berbagai jenis teknologi canggih telah dipraktikkan Nabi pada masa perjuangannya dan menjadikannya layak serta pantas sebagai pemenang. Penempatan Ali yang masih berusia 23 tahun dan miliki segudang kemampuan tingkat tinggi baik dari sisi ilmu dan fisik tidur di peraduan Nabi bukan keputusan tak berdasar.


Resiko leher terpenggal dan kematian juga tidak mudah untuk diterima setiap orang tanpa perhitungan matang, apalagi tanpa visi dan misi yang benar serta keyakinan yang kokoh. Ali yang miliki kemampuan fisik dan laga terbaik di jazirah arabia, mampu angkat sendiri pintu benteng Khaibar dan hanya kalah gulat dengan Nabi adalah pilihan tepat berhadapan dengan lebih 10 mesin pembunuh yang diutus oleh Abu Jahal dan kroni.


Drama lolosnya Nabi dari kepungan di malam itu hingga dapat melenggang bersama Abu Bakar dan bersembunyi di Gua Sur adalah sisi menarik yang harus dipikirkan dan dipelajari. Jika Alquran berkisah bahwa para pengepung itu tidak melihat Nabi karena adanya dinding atau tabir (sadda), maka ini merupakan isyarat dan inspirasi bahwa dalam berjuang, strategi "pengalihan" isu atau bahkan "memutus/menutup" isu, wacana dan strategi perlu dimiliki oleh setiap pejuang hingga bisa lolos dari jebakan-jebakan mematikan dan menghancurkan.


Berjuang tidak bisa dilakukan sendiri juga dipertontonkan dalam kesuksesan hijrah ini. Pilihan pada orang yang tepat menjadi team hingga mampu jalankan misi secara profesional adalah sisi luar biasa dalam rekam jejak hijrah Nabi.


Abu Bakar yang setia dan jujur adalah teman terbaik dan loyal hingga tak mungkin lakukan pengkhianatan. Fakta kesetiaan sosok ini tak tertandingi hingga lebih menyayangi nyawa Nabi dibanding nyawanya sendiri. Tiga hari berada di gua Sur untuk mengalihkan perhatian dan hilangkan jejak dari musuh tidak mungkin bisa bertahan tanpa bantuan pemain dan team profesional, sebab bala tentara musuh telah disebar dan semua simpul pergerakan telah dipantau.


Asma binti Abu Bakar adalah sosok lain yang berperan siapkan akomodasi dan kebutuhan Nabi dan Abu Bakar selama berada di dalam gua, sekaligus juga kembali menegaskan bahwa peran perempuan selalu signifikan dalam setiap kesuksesan para pejuang.


Perlunya informasi intelijen akurat dan pemantauan pergerakan pasukan musuh berlangsung setiap saat dan itu dimainkan oleh Abdullah bin Abu Bakar. Sosok ini jalankan misi intelijen dan aktifitas spionase demi amankan perjalanan hijrah Nabi hingga sampai ke Madinah dengan sukses.


Amir bin Fuhairah adalah profesional hilangkan "jejak" Nabi dan Abu Bakar dalam setiap medan yang dilintasi. Kemampuan menghilangkan jejak adalah hal strategis agar tidak terbaca dan terdeteksi oleh musuh hingga bisa lolos dan memenangkan perjuangan.


Di dunia yang serba canggih saat ini, betapa rekam "jejak /digital dan non digital", apalagi yang negatif telah banyak menggugurkan para pejuang, bahkan saat pemanasan dan belum masuk ke medan laga. Mengingat semua jalan telah dikepung dan setiap sudut dan lintasan Madinah telah dipantau, maka melewati jalan biasa menuju Madinah merupakan "bunuh diri", maka di sinilah kelihatan kepiawaian Nabi memuluskan rencananya dengan menunjuk Abdullah bin Uraiqith sebagai gaet atau penunjuk jalan lain yang tidak pernah diduga oleh musuh. Kecerdasan, kecerdikan, kewaspadaan, dan kepiawaian Nabi berpadu akhirnya buahkan hasil gemilang.


Abdullah bin Uraiqith walau non muslim tapi mampu digaet Nabi menjadi team kuat demi jalankan visi dan misinya. Selain mempertontonkan semangat toleransi, keputusan ini juga mengajarkan, bahwa musuh umat Islam bukan non Muslim tetapi keangkuhan, kepongahan dan kezaliman.


Setiap manusia apapun agamanya akan berontak pada ketidakadilan dan penindasan serta kesewenang-wenangan dan ini ditunjukkan oleh sosok non muslim ini dengan pilihannya berjuang bersama Nabi. Karenanya, menyambut tahun baru setiap Muslim idealnya selain berupaya hijrah dari yang tidak baik menuju yang baik, juga belajar dari Nabi tentang urgensi strategi dalam setiap misi, program dan cita-cita yang sedang dan akan diperjuangkan.

Post a Comment

أحدث أقدم